Sore hari Opa Buce sedang asyiknya menatap air laut dibelakan rumah. terikat dipinggannya sebuah sarung tenung cap Gajah Mada berwarna cokelat. Tanpa baju, badannya terasa kuat menahan dinginnya pusaran angin laut.
Opa Buce tidak sendiri sore itu. istrinya Oma Yori, turut serta menemani. Bercerita dibawah cahaya senja yang berbisik suara denturan ombak diujung batu karang. Seolah-olah besok hari akan tiba rejeki.
Yor, sabantar beta panggayong dulu e? Kayanya malam ini ikan naik banyak," tandas Buce dengan penuh optimisme.
Ose mau panggayong jam berapa Buce?
Habis Magrib to Yor.
Ohiyo sudah, kalau bagitu beta ka dapur mamasa dulu, biar siapkan ose punya bakal par sabantar.
Yor kemudian hengkan pamit meminta ijin Buce untuk ke dapur. Memasak untuk bekal suaminya ke laut malam nanti.
Senja perlahan-lahan meninggalkan terang mendatangkan gelap tapi ada sedikit cahaya bulan. Buce, tengah menyiapkan alat-alat yang akan dibawah kelak, sambil menunggu Yori menyiapkan bekal di dapur.
Ok, sudah lengkap samua tinggal tunggu bakal saja, kata Buce dengan pelan.
Buce, Buce," suara Yor memangil.
Yaaa, bagaimana itu Yor," nyahut Buce.