Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syarif Alwi Maruapey, Dokter Timnas Indonesia dan Asal Muasal Kisah Hidupnya

19 Juni 2019   09:32 Diperbarui: 19 Juni 2019   09:41 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Dokter Timnas dan Asal Muasal Perjalanan Hidupnya.
Sepak terjang sosok dokter Tim Nasional Garuda Indonesia, Syarif Alwi Maruapey, tak bisa diragukan lagi. Berbagai prestasi telah ia raih dan tentu akan menjadi kado spesial dikemudian hari untuk anak cucunya.

Berasal dari Desa Tengah-Tengah, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Papi, sapaan dokter Syarif Alwi Maruapey, senyata dalam hidupnya memiliki cerita yang unik dan penuh inspiratif.

Asal muasal, Papi adalah seorang Sarjana Kedokteran Universitas Hasanudin Makasar. Semasa masih aktif dibangku kuliah, Papi, sempat berjualan layang-layang untuk membiayai kuliahnya. Hal ini dilakukan lantaran ditinggal pergi Almarhum sang ayah.

Tak hanya itu, sempat ia juga bergelimang sebagai seorang sales. Hingga pernah dinobatkan sebagai sales obat terbaik se-Asia di Bangkok. Anak-anaknya pun menganggap ayahnya sebagai Interpreneur sejati.

Sumber: Jawapos.com
Sumber: Jawapos.com
Lanjut cerita, Papi, merupakan seorang dokter umum yang pernah menjadi petinju kelas bulu terbaik di Sulawesi Selatan. Pernah juga menjuarai balap sepeda se-Indonesia timur, hingga menjadi pelatih dan pembina olah raga terbaik di Kalimantan Timur.

pernahpun menjuarai balap sepeda Tour de Java dan menjuarai balap sepeda PORDA sulawesi. Perjalanan beliau menjadi dokter penuh lika-liku karena bekerja sambil sekolah, hingga lama meninggalkan koasnya dan balik lagi belajar demi gelar dokternya.

Perjalanan hidup Papi sangat keras. Papi, bekerja di Kalimantan Timur (Balikpapan) dan keluarganya menetap di Makassar, namun akhirnya keluarga tercinta diboyong ke Balikpapan saat situasi karier Papi menanjak saat menjadi dokter di Pertamina.

Balikpapan tidak membuatnya begitu betah hingga pada tahun 1988 dimasa Orde Baru. Papi, pindah ke Ibukota Jakarta untuk melanjutkan kariernya sebagai seorang dokter. Berbagi konsultasi ia lalukan dengan para kerabat sekarier yang sudah lebih mendahuluinya di Jakarta.

Tepatnya di Jatinegara, kota Jakarta Timur, Kosan berpetakan seadanya ia tempati. Di tempat tinggalnya, banyak orang mengira Papi sebagai tukang sayur. Kisah tragis di Jakarta adalah buah kesuksesan Papi. Sekitar tahun 90-an, Papi, pindah ke Bekasi dan mendirikan Klinik pertamanya. Walau Kliniknya masih kontrak dan pindah-pindah, jerit payah Papi akhirnya membuahkan hasil yang terbilang memuaskan baginya.

Di Bekasi, alhamdulillah puji tuhan dan kerja keras Papi, ia berhasil mendirikan sebuah klinik bertempat di Bekasi Timur, yang cukup besar dan lengkap akan fasilitas. Papi juga, memiliki 5 orang dokter umum, 1 orang Psikolog dan 1 orangnya lagi sebagai calon dokter.

Sumber: kumparan.com
Sumber: kumparan.com
Sebagai kepala rumah tangga dalam keluarganya, Papi terbilang sangat egaliter dalam membina anak-anaknya. Ia tidak pernah bersikap otoriter dalam keluarganya. Malah membebaskan anak-anaknya untuk bertindak sesuai alam pikiran mereka asalkan masih berada dalam moral sosial. Ramah dan murah senyum adalah ciri khas seorang Papi.

Saat ini, Papi sibuk mengembangkan cabang kliniknya dan juga menjadi dokter  di KONI Pusat memegang 4 cabang olah raga ( tinju, sepeda, sepak bola, dan pencak silat ). Papi kini aktif menjadi dokter TIMNAS Sepak Bola Indonesia.

Yang paling fenomenal adalah, di Timnas Indonesia, Papi dijuluki sebagai malaikat kesehatan Timnas. Bagaimana tidak, para pemain Timnas akan berlaga dan tidaknya dilapangan hijau tergantung keputusan Papi. Begitupun ketika mereka sedang cedera. Bisa dibilang salah satu indikator kesuksesan Timnas berkat kerja keras Papi.

Perlu diketahui, ayah dari seorang Papi ternyata merupakan salah satu Pejuang Kemerdekaan Indonesia dari Maluku, Kolonel Drs. M Qasim Maruapey. Ayahnya yang mengawal ketika pertama kali bendera merah putih dikibarkan pada 1947 di Desa Hitu messing, Kec Leihitu,, Kab Maluku Tengah. Walau sejarah terkait cerita demikian terbilang tidak ter-arsip dengan baik.

Ayahnya juga pernah menjadi pimpinan kompi Pasukan terpendam penumpasan gerakan RMS 1950 saat itu dengan pangkat Lettu. Prinsipinya, ayah dari seorang Papi, termasuk nasionalis sejati. Apa yang dilakukan ayahnya sama dengan yang dilakukan Papi, menjadi orang terhebat dimasanya. Mungkin anak-anak dari Papi-pun demikian. Semoga saja rantai inspiratif seperti kisah ini dapat dicernah dengan baik dan menajdikannya sebagai batu loncatan yang bernilai positif.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun