Mohon tunggu...
Abi Husain
Abi Husain Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa STEI SEBI Perbankan Syariah

seorang mahasiswa yang sedang belajar menulis artikel dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resesi Global dan Nasib Indonesia

28 Februari 2023   21:33 Diperbarui: 28 Februari 2023   21:37 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

RESESI GLOBAL

Resesi di dunia diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat akibat negara-negara dengan perekonomian "raksasa" tengah menghadapi inflasi yang tinggi, daya beli masyarakatnya pun tergerus. Untuk diketahui, belanja rumah tangga merupakan tulang punggung perekonomian. Apalagi, dengan langkah bank sentral yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga guna meredam inflasi. Resesi pun di depan mata. Bank sentral AS (The Fed) menjadi yang paling agresif.

Sepanjang tahun ini sudah 3 kali menaikkan suku bunga, termasuk 75 basis poin pada bulan lalu menjadi 1,5% - 1,75%. Di bulan ini, bank sentral paling powerful di dunia ini juga akan kembali menaikkan sebesar 50 - 75 basis poin dan di akhir tahun suku bunga diproyeksikan berada di 3,25% - 3,5%. Suku bunga dikatakan pro pertumbuhan ekonomi di AS yakni di bawah 2,5%. 

Sementara atasnya akan memicu kontraksi ekonomi. Sinyal Amerika akan mengalami resesi terlihat dari yield Treasury kembali mengalami inversi. Inversi tersebut terjadi setelah yield Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi ketimbang tenor 10 tahun. Dalam kondisi normal, yield tenor lebih panjang akan lebih tinggi, ketika inversi terjadi posisinya terbalik.

Sebelumnya inversi juga terjadi di bulan April lalu, dan menjadi sinyal kuat akan terjadinya resesi di Amerika Serikat. Berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955 ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya. 

Sepanjang periode tersebut, inversi yield Treasury hanya sekali saja tidak memicu resesi (false signal). Setelah rilis riset tersebut, inversi yield terjadi lagi di Amerika Serikat pada 2019 lalu yang diikuti dengan terjadinya resesi, meski juga dipengaruhi oleh pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19). 

Ketika Amerika Serikat mengalami resesi, negara-negara lainnya juga akan terkena dampak buruknya. Masalahnya tidak hanya AS, negara-negara dengan nilai perekonomian besar juga diperkirakan akan mengalami resesi akibat menaikkan suku bunga dengan agresif guna meredam inflasi.

 Amerika Serikat merupakan salah satu pasar ekspor terbesar Indonesia, seandainya mengalami resesi tentunya permintaan dari negeri Paman Sam tersebut akan mengalami penurunan. Belum lagi negara-negara lainnya. 

Ekspor sendiri berkontribusi sebesar 23% terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022. Kemerosotan ekspor akibat resesi dunia tentunya akan memangkas PDB Indonesia. Selain itu, aliran investasi ke dalam negeri juga akan seret. Saat suatu negara mengalami resesi, investasinya tentunya juga akan dikurangi.

Menteri Keuangan memastikan resesi global terjadi pada tahun depan. Kondisi ini tentu akan memberikan dampak buruk bagi perekonomian dalam negeri. Ekonom makro Bank Mandiri Faisal Rachman menyebutkan meski Indonesia masih jauh dari kata resesi, namun ada beberapa dampak langsung ke perekonomian dalam negeti kalau terjadi resesi global. 

(1) kinerja neraca dagang yang mencatatkan surplus sejak tahun lalu, bisa kembali defisit. Sebab pada tahun ini perekonomian Indonesia sangat terbantu dari ekspor komoditas andalan yang harganya melonjak
(2) penerimaan negara terancam. Resesi global yang menggangu aktivitas ekspor akan berdampak pada penerimaan negara yang berkurang, terutama Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Anggaran yang saat ini tercatat surplus sejak januari lalu, bisa-bisa kembali difist
(3) dampak langsung lainnya adalah pelemahan nilai tukar rupiah. Saat terjadi ressesi, maka investor akan menarik dana nya dari pasar obligasi maupun saham Indonesia, dan memilih untuk beralih ke aset aman seperti emas. Kondisi ini pernah terjadi saat Indonesia mengalami resesi pada tahun 2020 ditengah pandemi covid-19. Sehingga, jika resesi gloal terjadi, kondisi tersebut dipastikan akan terulang
(4) Dampaknya pada kinerja impor. Ekonom LPEM UI Teuku Riefky menuturkan resesi global akan membuat dolar AS makin mahal, sehingga nilai impor bahan baku dan modal menjadi lebih tinggi
(5) Terganggunya investasi didalam negeri. Resesi akan membuat keuangan investor yang selama ini menanamkan modal di Indonesia terganggu, sehingga tidak hanya memperkecil investasi yang masuk, tapi investasi existing pun bisa mangkrak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun