Mohon tunggu...
Abi Hasantoso
Abi Hasantoso Mohon Tunggu... Akuntan - Jurnalis

Lahir di Jakarta pada 26 Februari 1967. Berkecimpung di dunia jurnalistik sebagai wartawan Majalah HAI pada 1988 - 1994. Selama bekerja di majalah remaja itu ia sempat meliput konser musik New Kids On The Block di Selandia Baru dan Australia serta Toto dan Kriss Kross di Jepang. Juga menjadi wartawan Indonesia pertama yang meliput NBA All Star Game di Minnesota, AS. Menjadi copywriter di tiga perusahaan periklanan dan menerbitkan buku Namaku Joshua, biografi penyanyi cilik Joshua Suherman, pada 1999. Kini, sembari tetap menulis lepas dan coba jadi blogger juga, Abi bekerja di sebuah perusahaan komunikasi pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

The Moscow Times: Survei Bank Sentral Sebut Prospek Ekonomi Rusia Memburuk

11 Mei 2022   06:08 Diperbarui: 11 Mei 2022   06:14 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Survei bank sentral Rusia yang dirilis pada Kamis (21/4) lalu menunjukkan prospek ekonomi Rusia bergerak memburuk. Hasil survei itu menunjukkan kontraksi yang lebih dalam dari yang diperkirakan sebelumnya dan inflasi melonjak menjadi 22 persen tahun ini.

Di sisi lain Presiden Vladimir Putin menegaskan ekonomi Rusia telah berhasil mengatasi rentetan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diberlakukan sejak ia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari. Sementara para ekonom percaya bahwa dampak terburuk dari sanksi masih akan datang.

Berbicara di Duma (Parlemen Rusia) pada Kamis itu Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina memperingatkan "kesulitan" dan "transformasi struktural" ekonomi Rusia karena sanksi yang melemahkan.

"Kesulitan muncul di semua sektor, baik di perusahaan besar maupun kecil," kata Nabiullina. Ia, yang dikenal sebagai orang kepercayaan Presiden Putin, mengatakan transformasi ekonomi, yang sangat bergantung pada impor peralatan manufaktur dan barang konsumsi, telah dimulai.


"Karena sanksi, konsumen dan produsen Rusia kehilangan akses ke pasar untuk impor dan ekspor produk jadi dan komponen," katanya.

Nabiullina menegaskan masalah mungkin muncul bahkan ketika produksi memiliki tingkat lokalisasi yang tinggi ketika ada tingkat substitusi impor yang cukup tinggi.

Dalam survei terbaru yang diambil oleh Bank of Russia pada 13-19 April lalu, para ekonom memperkirakan kontraksi ekonomi sebesar 9,2 persen tahun ini sementara inflasi sekarang diperkirakan akan meningkat menjadi 22 persen.

Dalam jajak pendapat sebelumnya di bulan Maret 2022 para ekonom memperkirakan produk domestik bruto turun 8 persen tahun ini dan tingkat inflasi tahunan mencapai 20 persen.

Dalam penilaian terbaru para ekonom juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Rusia untuk tahun depan menjadi nol dari 1 persen sebelumnya. Menurut survei angka pengangguran diprediksi akan tumbuh menjadi 6,9 persen pada akhir tahun ini dari 4,3 persen pada akhir tahun 2021 lalu.

Rubel, yang telah pulih setelah jatuh ke level 150 terhadap dollar AS yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah sanksi, diperkirakan akan diperdagangkan pada 85 rubel tahun ini, 90 rubel pada 2023, dan 96 rubel pada 2024. (The Moscow Times/*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun