Ananda Sukarlan, pemain piano klasik top dunia yang belakangan ini dikenal sebagai tokoh peduli HAM dan keberagaman yang disuarakannya melalui kekuatan media sosial, adalah pengagum Presiden RI Jokowi dan Gubernur DKI Jakarta 2014-2017 Ahok."
Jokowi dan Ahok menjadi alasan mengapa sekarang saya lebih banyak tinggal di Indonesia daripada tinggal di Spanyol atau negara lainnya. Mereka orang-orang baik yang ingin mengubah Indonesia maju dan hebat dengan cara yang amat sangat sederhana: bekerja keras untuk negeri ini, anti korupsi, tidak KKN, peduli, sabar, santun, amanah, dan merakyat.Â
"Saya yakin Indonesia bisa jauh lebih baik di tangan Jokowi dan Ahok," papar Andy, panggilan sayang Ananda Sukarlan di kalangan orang-orang terdekatnya, panjang lebar dengan nada sedikit emosional.
Ketika Ahok ditahan dalam penjara Mako Brimob Depok sejak 9 Mei 2017 - karena diputus pengadilan bersalah sebagai penista agama dalam proses Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu yang penuh nuansa SARA - maka sikap Ananda tak bisa tinggal diam.
Ananda melakukan beberapa aksi yang menunjukkan pembelaannya kepada Ahok. Sebagai contoh ia dianggap melakukan "walk out" saat gubernur baru hadir memberi kata sambutan dalam acara alumni SMA-nya. Padahal menurut Ananda saat itu ia betul-betul kebelet pipis dan buru-buru pergi ke toilet di saat gubernur baru lagi ngomong intoleransi.
Tidak cuma itu. Suara Ananda membela Ahok makin keras melalui media sosial yang ia miliki seperti Facebook, Youtube, Twitter, dan Instagram. Begitu pun saat ia diwawancara wartawan media cetak, media elektronik, dan media on line pasti pernyataannya selalu membela Ahok.
Ananda bahkan total membela total Ahok dengan kepiawaiannya sebagai maestro piano klasik yang diakui dunia. Ia bahkan mengganti sebutan "pianis" menjadi "piahok", pemain piano klasik yang membela Ahok. Kata pianis ia tidak mau pakai lagi karena mengandung nama gubernur pengganti Ahok.
Dan dengan jejaring dunia yang dimiliki sejak tahun 2018 lalu Ananda mengumandangkan nama Ahok di seluruh dunia melalui komposisi piano yang ia beri judul "No More Moonlight over Jakarta", sebuah komposisi lagu yang menggambarkan wajah Ibukota Jakarta yang sangat kelam - tak akan ada lagi bulan purnama di atasnya - sejak sosok Ahok "dibunuh secara sadis dengan politik identitas agama mayoritas".
Komposisi "No More Moonlight over Jakarta" ini dibuat dalam rangka perayaan 250 Tahun Beethoven yang berlangsung sejak tahun 2018 lalu dimulai dari Korea. Ananda mencuplik satu sonata karya Beethoven yang sangat terkenal, "Moonlight". Dan ia menggubah sonata karya Beethoven itu menjadi "No More Moonlight over Jakarta" sebagai pledoi pembelaan darinya untuk Ahok.
Karya Ananda ini sudah diperdengarkan untuk pertama kali di tengah-tengah penikmat musik klasik sejak Januari tahun lalu. Awalnya Ananda dijadwalkan tampil di Amerika Serikat untuk konser mengenang 250 Tahun Beethoven ini pada Agustus 2018. Tapi lalu diubah jadi tahun 2019 ini.Â
Eh, ndilalah, tanggal konser Ananda di New York City, AS, bertepatan dengan tanggal yang sama pada hari bebasnya Ahok dari penjara pada 24 Januari 2019. Sebuah kebetulan yang sama sekali tidak disengaja karena Ananda sudah dapat perubahan jadwal konsernya di sana sebelum mengetahui bahwa Ahok akan keluar penjara pada tanggal yang sama.