Akibat obat HIV belum ditemukan, banyak ilmuwan yang berlomba-lomba mencari obat yang tepat untuk melawan penyakit HIV/AIDS. Salah satu caranya dengan melakukan uji coba obat HIV/AIDS dengan menggunakan simpanse sebagai percobaan. Kenapa menggunakan simpanse ? Jawabannya karena simpanse memiliki 98% kesamaan dengan manusia. Jika kalian bertanya apakah saya setuju? sudah jelas saya akan menjawab saya sangat tidak setuju.Â
Kenapa? Ada beberapa hal yang membuat saya tidak setuju. Pertama, karena simpanse adalah hewan yang langka. Walau simpanse belum termasuk hewan yang punah, tapi apakah kalian rela simpanse akan menjadi hewan yang punah seperti gorilla? Selagi simpanse masih dalam status langka, tugas kita adalah menjaga keberadaanya, bukan karena simpanse masih tergolong langka lalu kita dapat memanfaatkan simpanse sebagai bahan uji coba karena simpanse belum punah seperti gorilla.Â
Bila kalian berkata "Kita bisa saja mengkloningkan primata agar menghasilkan individu-individu yang sejenis dan genetik". 23 spesies mamalia sudah dapat dikloning oleh seluruh peniliti dunia, tapi terdapat sesuatu yang ada dalam gen primata yang membuat kloning primata selalu gagal. Hingga saat ini para peneliti belum dapat mengetahui apa itu sehingga primata tidak bisa dikloning. Jadi sudah jelas, kloning tidak menyelesaikan masalah.
Yang kedua, adanya perbedaan kromosom hewan dan manusia yang dapat menyebabkan ketidaksinkronan. Perbedaan tersebut terjadi karena terdapat pita sisipan dan insresi pita pada simpanse yang menyebabkan  perbedaan terletak pada nongenic constitutive heterochromatin. Sehingga dapat dipastikan apa yang diujicobakan ke hewan dapat diterima oleh manusia.Â
Mungkin jika dicobakan ke hewan memang sukses dan berpengaruh. Tapi kita manusia memiliki perbedaan kromoson, DNA, gen dengan hewan.Apa yang dicobakan hewan bisa dikatakan tidak aman dan tidak efektif bagi tubuh manusia. Ada banyak efek samping yang dapat terjadi pada tubuh manusia. Jika hal ini terus dipaksakan, tak hanya nyawa dari simpanse yang hilang tapi juga nyawa manusia akan hilang.Â
Ketiga, terdapat banyak cara yang dapat dilakukan selain percobaan kepada hewan. Ada banyak teknologi modern yang dapat digunakan. Uji coba pada hewan adalah hal yang kuno dan harus segera ditinggalkan. Coba kita berpikir secara logis, bila masih ada banyak cara yang dapat dilakukan selain mengorbankan simpanse dan hasilnya bisa sesuai dengan manusia, kenapa kita tidak memilih jalan itu?Â
Keempat, bila nantinya benar-benar obat dari HIV/AIDS ini dapat ditemukan, kemungkinan seseorang untuk melakukan seks bebas semakin besar. Karena mereka tidak akan merasa takut  bila mereka terkena HIV/AIDS karena bisa disembuhkan dengan mudah.Â
Jika benar-benar ditemukan obatnya, penyakit HIV/AIDS ini tidak akan menjadi penyakit yang mematikan dan membahayakan karena penyakit ini akan sama seperti penyakit flu yang dapat disembuhkan dengan mudah menggunakan obat.Â
Alasan terakhir mengapa saya tidak setuju dengan penggunaan simpanse sebagi alat uji coba HIV karena tidak berperikemanusiaan. Tingkat kecerdasan simpanse hampir sama dengan manusia. Simpanse juga merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang patut kita hargai keberadaanya.Â
Mungkin kalian berpikir "Kan simpanse bisa dibius atau dianestesi terlebih dahulu agar tidak kesakitan". Sekarang coba kalian bayangkan, semisal kalian akan dioperasi, lalu kalian diberi anestesi atau dibius, kalian pasti akan tetap merasakan sedikit rasa sakit.Â
Apabila jika bius hilang, pastinya kita merasa sakit. Lalu setelah dioperasi kita akan menjalani masa perawatan terlebih dahulu. Sama dengan simpanse, walau mereka dibius, mereka tetap merasakan rasa sakit apalagi setelah dilakukan uji coba kita tidak tahu apa efek samping dari simpanse tersebut. Jika obat tidak sesuai bisa-bisa mereka mati.