Evaluasi yang diberikan oleh orang yang memiliki diri negatif cenderung untuk menilai dengan negatif. Mereka merasa sebagai diri mereka sendiri tidak pernah cukup baik, apa saja hasil yang mereka peroleh tidak berharga dibandingkan dengan orang lain. Oleh sebab itu ketika ada pesan yang merugikan dirinya, mereka suka merasa khawatir.
Individu yang memiliki diri negatif seringkali akan terjadi paham yang samar kepada dirinya sendiri. Mereka bercita-cita tinggi tapi realita rendah, harga dirinya sangat murah sekali. Mereka merasa bahwa tidak ada berpotensi dan semangat belajar rendah. Oleh karena itu mudah sekali cemas, pesimis, kurang mampu mewujudkan diri yang sebenarnya, juga sensitif dan cenderung mudah curiga. Mereka anggap keberhasilan sebagai hasil kebetulan atau takdir, bukan karena kemampuan mereka sendiri.
Komponen-komponen konsep diri
Konsep diri merupakan factor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Konsep diri dapat memengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Hurlock menyebutkan bahwa konsep diri mempunya tiga komponen yaitu:
a. Perceptual atau physical self-concept merupakan gambaran diri seseorang yang berkaitan dengan tampilan fisiknya, termasuk kesan atau daya tarik yang dimilikinya bagi orang lain. Komponen ini disebut juga sebagai konsep diri fisik (physical self-concept).
b. Conceptual atau psychological self-concept yang disebut juga sebagai konsep diri psikis (psychological self-concept) merupakan gambaran seseorang atas dirinya, kemampuan atau ketidakmampuan dirinya, masa depannya, serta meliputi kualitas penyesuaian hidupnya, kejujuran, kepercayaan diri, kebebasan dan keberanian.
 c. Attitudinal adalah perasaan-perasaan seseorang terhadap dirinya, sikap terhadap keberadaan dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap rasa harga diri dan rasa kebanggaan.9 Burns menyatakan bahwa konsep diri meliputi empat komponen, yaitu: kognitif (keyakinan atau pengetahuan), afektif atau emosional, evaluasi dan kecenderungan merespon. Pandangan Burns tersebut didasari oleh pemikirannya yang menyatakan konsep diri sebagai organisasi dari sikap-sikap diri (self-attitudes). Oleh karena itu, menurut Burns komponen konsep diri sama halnya dengan komponen sikap pada umumnya. Sebagai suatu sikap, konsep diri tentu saja mempunyai objek yang dalam hal ini adalah dirinya sendiri.
Strategi menumbuhkan konsep diri positif dan mengatasi konsep diri negatif
Seseorang dengan sikap mental yang baik dan tidak mudah putus atas karena keadaan yang membuat mereka bersikap negatif, hal tersebut dengan sendirinya akan membentuk konsep diri yang positif pada diri seseorang. Orang dengan pemikiran yang positif pada diri dan lingkungan mereka, maka akan terbentuk konsep diri yang positif, sebaliknya jika keadaan keluarga dan lingkungan tidak ada yang mendukung maka akan terbentuk suatu konsep diri negatif. Seperti yang dijelaskan William D Brooks dan Philip Emmert bahwa secara umum konsep diri dapat dibedakan menjadi dua macam.
Konsep diri positif dengan ciri-ciri antara lain yakin akan kemampuannya untuk mengatasi suatu masalah, merasa setara dengan orang lain artinya sederajat dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai keinginan, perasaan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, serta mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek- aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk merubahnya.
Sedangkan konsep diri negatif memiliki ciri-ciri antara lain peka terhadap kritik yang ditunjukkan dengan rasa marah dan koreksi persepsi sebagai upaya untuk menjatuhkan harga diri dan bersikeras mempertahankan pendapat sekalipun logikanya salah. Kedua, responsif sekali terhadap pujian yang ditunjukkan dengan pura-pura menghindari pujian tersebut. Ketiga, hiperkrisis yang yang ditunjukkan selalu mengeluh, mencela siapapun, tidak sanggup dan tidak pandai mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada orang lain. Keempat, cenderung merasa tidak disenangi orang lain dan merasa tidak diperhatikan, sehingga bereaksi pada orang lain sebagai musuh dan tidak pernah melahirkan kehangatan dan keakraban dalam persahabatan serta menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.