Mohon tunggu...
Abie Zaidannas
Abie Zaidannas Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada angkatan 2010, penggiat Intelektual Muda FISIPOL UGM dan Relawan Organisasi Sosial Kau dan Aku. Memiliki pemikiran yang "nyeleneh" dalam memandang aspek-aspek sosial-masyarakat. Berbagi di http://abiezs.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita tentang Kampungku

20 Mei 2011   04:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:26 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aah, bosannya hidup di kampung sini. Beritanya itu-itu saja, seputar penderitaan ini dan coreng itu. Seperti tak ada gosip baru saja, atau memang tak jelas mana gosip mana bukan? Kepala kampungya gemuk dan terus menggemukkan badan, terakhir kali terlihat sedang mencoba menyilangkan dua biru, huh sudah jelas ditebak apa maksudnya. Dan ah, wakilnya lagi yang kerjanya leyeh-leyeh mesam-mesem sana-sini senyum-senyum waktu ditanya uang RT yang dibawa lari cukong rentenir. Itu lagi, bapak dan ibu yang semestinya musyawarah supaya kampung aman dan tentram, malah sibuk ikut-ikut pimpinan kampung, menggemukkan badan.

Dan aduh, itu bapak guru yang tanggungjawab mendidik anak-anak kampung kerjanya hanya koar-koar tentang kualitas yang harus naik dan terus saja minta biaya. Padahal, anak-anak itu jadi ansos dengan Blackberry dan Jejaring Sosialnya. Kata pak guru, buka google saja lah, yang penting cepat lulus katanya. Sekolah berdiri kokoh, tapi di kelas sebelah timur sudah mulai reyot, perkakasnya bekas, untuk anak-anak tukang sapu katanya. Ealah, untuk anak-anak pak gemuk dan bapak-ibu penjilat kelasnya bersih dan ada AC-nya. Biar nyaman katanya.

Ealah, mau pintar kok repot ya? Kalau iya saya orang kaya, pintar pula, mungkin dunia-akhirat saya bisa leyeh-leyeh, lha kalo tidak pintar ya masih bisa lah leyeh-leyeh pakai uang bapak-ibu yang sudah terlanjur kaya. Kalau saya orang kecil, orang miskin, bisalah berusaha untuk dapat leyeh-leyeh dengan usaha yang cukup, IP 3.00 mungkin bisalah membawa saya kerja di perusahaan rokok. Lha, kalau saya tidak pintar? Susah sekali mau pintar, sudah bodoh, miskin. Mau apa lagi saya? Jadi kuli ya syukur, jadi petani ya gak apa-apa yang penting perut saya, istri saya juga anak-anak saya bisa terisi, persetan dengan urusan kepala kampung dan bapak-ibu musyawarahnya.

Ah repot lah, cuma orang muda yang bisa merubah kampung ini supaya tak lagi membosankan. Mungkin supaya seru, pak kepala kampung yang mendemo anak-anak sekolah, minta mereka jangan ribut-ribut tentang uang RT yang dibawa lari cukong rentenir. Atau mungkin orang pintar tidak boleh sekolah dan orang bodoh harus sekolah? Ah, biarlah itu jadi urusan anak-anak yang mengaku intelektual muda, biarlah mereka puas dulu berkoar sampai mereka sadar mereka dapat merubah dengan aksi nyata.

Ah cukup dulu lah, kalau diteruskan mungkin besok orang-orangnya bapak pimpinan kampung menangkap saya. Saya malas dituduh subversif.

Anak Kampung Sini, 4 Mei 2011

Abie Zaidannas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun