UNSUR INTRINSIK CERPEN
Judul Cerpen: “Bangkit”
Karangan : Alfred Pandie
Deskripsi unsur:
- Tema: Jangan pernah putus asa dalam menghadapi masalah.
- Latar:
Waktu: Malam hari
Bukti: “Cahaya bintang berkelap kelip mulai hilang oleh kesunyian malam.”
“Aku berjalan menyusuri lorong malam.”
Tempat: Di atas jembatan dan di pinggir jalan
Bukti: “Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.”
“berdiri menatap air sungai yang mengalir derasnya, disini di atas jembatan tua ini.”
Suasana: Sunyi sepi dan gelap
Bukti: “Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap.”
- Alur : Maju
Alur dalam cerita ini merupakan alur maju karena penulis menjelaskan jalan cerita secara runtut mulai penjelasan latar serta masalah sampai menuju ke konflik masalah menuju klimaks dan pada akhir cerita terdapat resolusi (penyelesaian konflik).
- Penokohan
Tokoh Aku: orang yang mudah putus asa, tidak pernah bersyukur, dan selalu mengeluh.
Bukti: “ini ambil semua. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin mati....!”
“Aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku mendapatkannya.”
Tokoh Pria Pemabuk: Seorang pecandu minum-minuman keras yang kuat menghadapi kerasnya hidup.
Bukti: “Seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri.”
“Hidup di jalanan seperti ku ini, harus penuh nyali yang besar menghadapi dinginnya angin malam, bahkan untuk tidur saja itu sulit.”
- Sudut pandang: orang pertama pelaku utama
Bukti: Cerpen berjudul bangkit ini menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh utama dan pelaku utama yang mengisahkan tentang dirinya sendiri.
- Nilai:
Nilai Kepedulian: ketika pria pemabuk yang hendak menyelamatkan tokoh “aku” ketika ingin bunuh diri dengan cara terjun dari jembatan. Banyak orang yang membutuhkan bantuan dan perhatian kita saat orang tersebut mengalami masalah yang tidak bisa mereka atasi, seharusnya kita membantu mereka bukan malah membiarkan mereka mengatasi masalahnya sendirian.
Nilai Moral: Ketika tokoh “aku” mulai menyadari bahwa selama ini ia hanya meminta apa yang ia mau tanpa pernah tahu bagaimana perjuangan orang tuanya mendapatkannya. Kita sebagai seorang anak seharusnya besyukur dengan apa yang telah diberikan orang tua kita agar ia bisa melihat kita senang, tapi kita sebagai anak tidak pernah menghargai pengorbanannya hanya untuk melihat kita bahagia. Dan juga kita harus sadar bahwa diluar sana masih banyak orang kurang beruntung seperti kita yang hidup dalam keterbatasan dan kekurangan.
- Amanat:
Kita sebagai manusia jangan pernah putus asa dalam menghadapi kerasnya hidup, dan juga jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki, ketika kita menghadapi masalah yang benar-benar pelik, janganlah disimpan sendirian beranilah untuk menceritakan kepada ora ng terdekat kita, pasti mereka akan membantu mengurangi masalah yang kita miliki, dan jangan lupa untuk terus berusaha dan bangkit dari keterpurukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H