Mohon tunggu...
Abie Omar
Abie Omar Mohon Tunggu... -

C'est La Vie !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Namanya Kini Komisi Pelacurisasi Korupsi

20 Mei 2013   16:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:17 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1369043881608588521

[caption id="attachment_262504" align="aligncenter" width="212" caption="Gambar diambil dari http://id.wikipedia.org/"][/caption]

Pertama saya harus mengucapkan selamat datang kembali dulu pada diri saya sendiri. Ini adalah postingan saya setelah cukup lama vakum. Tapi saya tak sanggup menahan diri untuk tidak terlibat pada kengawuran – kengawuran yang terjadi di Kompasiana dalam menyikapi perseteruan yang disebut – sebut antara KPK dan PKS.

Hampir semua artikel yang di posting dikompasiana tentang ini sudah saya baca. Pembahasan dari berbagai sisi sudah di tulis semua. Hampir – hampir tidak ada lagi celah untuk mengeluarkan pendapat. Karena sudah pernah di utarakan semua bahkan tak jarang di ulang - ulang. Karenanya saya mohon maaf bila yang saya tulis ini ternyata juga sudah pernah ditulis Kompasianer lain.

Dalam kasus ini saya hanya mencoba membayangkan implikasi – implikasi moral apa, yang menimpa mereka yang baik sengaja ataupun tidak namun terlibat dalam kasus ini. Apalagi kemudian KPK dengan predikat superbody-nya melangkah sampai ke tahap hampir ngawur. Mengobok – obok PKS dengan dalih pemberantasan korupsi.

Kembali ke soal implikasi moral yang saya maksud. Pikiran apa yang ada di kepala kita tentang para wanita wanita yang memperoleh aliran dana dari fatonah. Apalagi entah dengan maksud apa , KPK seperti memilah - milah dari 20 nama yang disebut – sebut ikut menikmati dana tersebut. Sepertinya Yang di pilih adalah  mereka yang bisa meraup atensi publik secara luar biasa.Tanpa perlu ahli pembaca pikiran saya yakin yang ada di benak masyarakat tanpa (peduli bagaimana keadaan sebenarnya) tentang wanita – wanita itu adalah tidak lebih dari pelacur atau sejenisnya.

Seperti apapun pembelaan para wanita tersebut tak akan mengubah persepsi buruk yang dilekatkan masyarakat kepada mereka. Apalagi kebetulan latar belakang mereka yang memang selama ini dikenal minor. Ketika Ayu Azhari disebut , paling orang bilang “semua tau reputasi keluarga Azhari”. Lalu si vita ? Wajar saja dia kan model majalah dewasa. Hanya Maharani yang tidak jelas asal – usulnya. Tapi tempat dia muncul pertama kali dalam hiruk pikuk ini adalah didalam kamar dalam keadaan tanpa busana . Maka tak ada yang perlu dijelaskan lagi.

Hanya yang jadi masalah apabila kemudian faktanya mereka hanyalah korban yang tak tahu menahu. Maka selain menjadi korban Fatonah , mereka juga jadi korban media, korban persepsi dan opini masyarakat. Dan mereka menjadi korban adalah karena hasil kerja KPK yang luar biasa. Dan aib yang menimpa mereka akan terus ditanggung , tidak hanya mereka tapi juga keturunannya kelak.

Saya juga tak habis pikir , mengapa ke 20 nama tidak diungkap semua. Apa karena di luar tiga nama tersebut tidak memiliki nilai jual di media.  Atau akan kurang menarik atensi masyarakat. Maka tak heran kalo Fahri menganggap yang terjadi adalah festivalisasi kasus LHI.

Nah , bila wanita – wanita malang ini , hanya menjadi saksi saja harus menanggung malu karena kasus ini. Bagaimana dengan Lufti yang menjadi tersangka . Saya rasa , anggapan masyarakat terhadap dia mungkin lebih buruk dari pelacur. Kalau kemudian KPK dengan meyakinkan bisa membuktikan bahwa LHI memang koruptor. Tentu saja dia pantas mendapatkan predikat itu. Tapi bagaimana bila KPK gagal. Karena apa yang kita saksikan sekarang berdasarkan bukti rekaman yang diperdengarkan keterlibatan LHI sangat minim sekali. Mana uang juga belum di terima. Terus bila terjadi penyuapan , outputnya juga tidak ada. Kuota impor daging tidak berubah. Kalau korupsi adalah perbuatan perorangan atau korporasi yang merugikan keuangan Negara. Sampai sekarang kerugian Negara juga belum jelas apa dan berapa .

Anda tentu masih ingat Misbakhun , yang karena kasus yang di jeratkan kepadanya dia hampir  – hampir kehilangan segalanya. Nama baik , reputasi , jabatannya sebagai wakil rakyat dan terakhir keanggotaannya sebagai kader PKS. Dia mendapat sanksi hukum dan moral atas kejahatan yang sebenarnya tak pernah ada. Tapi sekarang , siapa yang bisa mengembalikan semua yang dihilangkan dari dirinya ? Tak ada . Dan media yang sepanjang kasus itu menjelek – jelekkan, menulis keburukan – keburukan atas dirinya . Pernahkah ikut membersihkan kotoran yang mereka lekatkan pada Mibakhun setelah ternyata Misbakhun tidak bersalah. Begitu juga para pengamat – pengamat yang kadang bila sudah mengulas suatu kasus tidak ada bedanya dengan infotainment.

Semoga ini bukan blunder KPK. Karena terlalu banyak yang akan kena getahnya. Apalagi sekali orang berurusan dengan KPK , maka peluang lolosnya nol persen. Dan itu akan jadi beban bagi penegak – penegak hukum dibelakangnya. Yang kasihan tentu pengadilan tipikor . Karena di Negara kita sekarang dalam penegakan hukum yang berkuasa adalah persepsi dan opini publik . Hakim mana yang berani membebaskan tersangka korupsi dalam pengadilan tipikor terlepas si tersangka  salah atau tidak. Karena ICW dengan sigap akan mencatat sebagai track record. Dan ke depan karir si hakim bisa mandeg.

Walau miris juga , dengan anggaran KPK yang konon  400 milyar per tahun. Di tambah lagi dari segi hukum di back up oleh perundang – undangan tersendiri. Dan yang paling super adalah dukungan gila – gilaan dari masyarakat dan media. Yang baru bisa dilakukan KPK dalam kiprahnya 15 tahun yang paling sukses adalah mem-pelacurisasi koruptor. Sementara banyak kasus – kasus multi triliun tidak jelas juntrungannya.

Saya hanya berdoa untuk kita semua. Semoga dalam perjalanan hidup kita. Nama kita juga keluarga kita dan anak cucu kita jangan sampai disebut – sebut oleh KPK. Karena pada saat itu juga predikat kita dan orang disekeliling kita sebagai orang baik – baik akan berakhir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun