Mohon tunggu...
Abie Omar
Abie Omar Mohon Tunggu... -

C'est La Vie !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berkomunikasi Ala Kompasiana

14 September 2011   12:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_134948" align="aligncenter" width="300" caption="Courtesy of google"][/caption]

Beberapa hari belakangan, kalau diperhatikan terjadi interaksi yang sangat dinamis antara sesama Kompasianer. Tentu saja mengasyikkan sekali, khususnya bagi saya pribadi. Walau tidak semua Kompasianertentu saja. Terbatas pada kompasianer – kompasianer low profile. Karena disini juga banyak Kompasianer yang ber- kategori “High Profile”. Mereka termasuk golongan tak tersentuh dan tak mau menyentuh.

Efek dari pergaulan dengan tingkat interaksi yang intens, sangat rentan terhadap gesekan. Hingga kadang – kadang berujung pada salah faham.Berdasar gejala yang saya amati, ada beberapa jenjangtingkatan komunikasi yang tersaji di Kompasiana. Tentu saja objek amatan sayaadalah komentar – komentar pada artikel. Saya sendiri termasuk orang yang suka berkomentar.

1.Berbicara.

Ini adalah jenis komunikasi yang paling umum di Kompasiana.Bentuknya adalahsekedar menyapa, saling memuji atau bercanda. Kadang tanpa substansi sama sekali, sekedar menjalin keakraban diantara sesama kompasianer. Bisa dibilang ini adalah jenis komunikasi paling normal. Dan biasanya komunikasi inilah yang paling mengasyikkan, tanpa beban. Intinya “everybody happy”.

2.Berdiskusi.

Sedikit lebih tinggi levelnya. Bila sekedar berbicara kadang tanpa substansi, berdiskusi mesti ada substansi yang di diskusikan. Biasanya karena ada artikel yang menimbulkan intrepretasi yang berbeda – beda. Tapi diskusi biasanya berjalan santun kalau pun hangat masih pada batas – batas yang wajar. Kesan saling menghargai pendapat sangat terasa. Diskusi pun biasanya mengarahkan tujuan pada kebaikan bersama. Diskusi akan berakhir dengan “tidak ada ganjalan ataupun kekesalan diantara kita”

3.Berdebat.

Ini jenis komunikasi yang masuk kategori “siaga”. Bila diskusi mengarah pada kutub yang sama, hanya opini dan intrepretasi tidak sama. Debat biasanya mempertemukan dua kutub yang berbeda. Intinya harus ada yang benar dan salah. Karenanya kesan keras kepala dantidak mau terima pendapat orang lain sangat terasa. Kepuasan baru ada bila lawan debat terdiam atau mengaku kalah. Karena memang hampir mustahil mempertemukan dua kutub berlainan. Seperti menyandingkan api dan air, susah dicari titik temunya. Debat biasanya berakhir dengan “ selalu ada ganjalan dan kekesalan diantara kita”

4.Bertengkar.

Kalo ini masuk kategori “awas”. Ini kadang menjadi ujung dari perdebatan yang kurang dewasa. Ketika satu fihak mati kutu, kehabisan amunisi argumen. Mulailah ia lari dari substansi masalah. Menyerang pribadi, berkata – kata kasar yang tidak perlu. Kalau sifat kekanak – kanakan nya kelewatan kadang isi kebun bintang tak lupa disebutkan. Begitu juga arwah – arwah penasaran tak luput dijadikan bahan.

Tentu hampir semua Kompasianer ingin berkomunikasi secara menyenangkan. Walau kadang terpeleset juga. Termasuk saya. Susah untuk datar – datar saja, apalagi bila ada sesuatu yang mengganjal di hati atau kepala kita. Tapi andaipun terpeleset, cukuplah sampai ketegori kedua. Separah – parahnya sampai kategori ketiga. Jangan terjebak melewatinya. Karena biasanya hanya akan mempermalukan diri sendiri.

Salah satu permasalahan yangtelah sukses melalui semua tahap komunikasi di atas adalah soal penetapan hari lebaran. Mulai hanya jadi sekedar bahan pembicaraan, meningkat diskusi, jadi debat dan terakhir jadi objek pertengkaran. Lucunya Orang intelek pun jadi kekanak - kanakan. Heran juga. Dan sepertinya urusan ini masih berlanjut setelah purnamaberlalu.

Demikian tahap – tahap komunikasi ala Kompasiana yang berhasil saya himpun dari hasil pengamatan. Bila ada tambahan dari teman – teman Kompasiana. Saya dengan senang hati akan mendengarkan.

Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun