Dalam hidup ini kita kadang melupakan satu hal, yaitu tidak semua hal itu khususnya dalam pikiran kita sama dengan apa yang terlihat . Atau dalam bahasa sederhana, Apa yang kita lihat belum tentu itu keadaan sebenarnya. Manusia adalah mahluk yang penuh prasangka , sehingga sering gagal menangkap maksud baik seseorang , hanya karena disampaikan atau sampai kepadanya dengan cara yang tidak sesuai dengan yang diinginkannya.
Statemen diatas pasti membingungkan , Karenanya saya akan bercerita .
Seorang teman yang menurutku salah satu pribadi paling baik yang pernah aku kenal, pernah bercerita ,beberapa bulan setelah menikah dalam suatu obrolan ia menyampaikan rencana – rencana yang dia ingin dia lakukan di masa depan. Yang bikin istrinya shock, salah rencana yang ada di benaknya adalah suatu hari nanti ia ingin menikah lagi.
Mungkin karena beruntung atau memang karena dia pandai memilih istri. Sang istri yang punya kelembutan hati , hanya menangis. Tidak mengamuk atau mengancam seperti apa yang biasa dilakukan kaum feminis. Selain airmata ia tidak banyak bicara. Setelah itu untuk menenangkan sang istri, sambil tersenyum dia Cuma berkata :
“ itu kan Cuma rencana , dik ! Apalah arti sebuah rencana manusia , bila Tuhan tidak menghendaki.”
Waktu ia menceritakan itu, aku bingung apa yang ada dibenaknya . Apakah ia tidak sadar bahwa itu bisa saja melukai hati istrinya.
Aku bertanya apakah memang sungguh dia ingin poligami ? Dia menjawab , bahkan berfikir pun ia tidak akan berpoligami. Lalu apa maksud ia menyampaikan hal itu ?
dengan tawa kecilnya yang khas dia menjawab,” Aku cuma ingin mengurangi kadar cinta dihati istri kepadaku.”
Dan akup semakin tidak mengerti. Dia lalu menjelaskan bahwa kadar cinta yang berlebihan diantara sesama mahluk itu kurang baik. Suami hanyalah suami , ia bukan segalanya. Ia bukanlah tempat terbaik untuk bergantung apalagi menyandarkan hidup. Suami bisa mati besok atau bisa kawin lagi atau tiba – tiba saja pergi tanpa alasan yang jelas. Ia ingin bahwa diatas suami ada tempat bergantung dan menyandarkan diri yang jauh lebih bisa diandalkan. Yaitu Tuhan . Karena Tuhan tidak pernah mati , Tuhan tidak mungkin berpoligami dan Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita kecuali kita yang meninggalkan dia terlebih dahulu.
Itulah maksud sebenarnya dari apa yang disampaikan keistrinya. Tapi ia tidak pernah menjelaskan maksud itu kepada istrinya. Karena kalau istrinya tahu , mungkin saja kadar cintanya bukannya malah menurun tapi justru meningkat.
Lalu bagaimana sikap istrinya setelah kejadian itu ? Aku tidak bertanya , tapi aku bisa membayangkan. Intensitas hubungan mereka secara emosional mungkin akan menurun beberapa level. Tapi satu hal yang pasti , si teman akan berusaha membantu sang istri untuk memasrahkan cintanya pada Hal yang lebih berhak untuk mendapatkannya.
Hubungan cinta atau suka yang berlebihan sepertinya bukanlah hal yang sehat. Bahkan dalam pasangan suami istri sekalipun. Kadang itu bukan menguatkan tapi justru merapuhkan. Anda bisa melihat istri yang berkelakuan berlebihan saat suaminya meninggal. Mau ikut mati lah , sedih berkepanjangn hingga stress atau depresi. Begitupun sebaliknya, ada suami yang melakukan apa saja untuk membuat istri tercintanya bahagia. Bahkan tidak ragu – ragu untuk korupsi , menipu atau mencuri. Ada juga istri yang hilang kendali saat suaminya kawin lagi, sewa pembunuh bayaran atau membunuh buah hati lalu bunuh diri. Mungkin inilah akibat , Tuhan dikesampingkan dalam hubungan cinta mereka.
Kembali pada paragraph awal diatas. Soal apa yang kelihatan dan apa yang sebenarnya. Apa yang dilakukan sang teman, bila dilihat dari sudut pandang sang istri sungguh hal yang tidak menyenangkan bahkan cenderung menyakitkan. Padahal sebenarnya ada maksud baik yang tidak disadarinya disana.
Dan hal seperti inilah yang sering juga kita alami. Kita sering gagal menangkap maksud baik seseorang hanya karena kita melihat orang tersebut tidak sependapat dengan kita. Atau sebaliknya orang gagal melihat maksud baik kita hanya karena apa yang dia fikirkan berbeda denga fikiran kita. Padahal berbeda pendapat atau fikiran bukanlah sebuah sinyal permusuhan. Mungkin karena perbedaan pendapat sering menimbulkan prasangka dan kecurigaan. Padahal kadang prasangka dan curiga itu tidak berdasar sama sekali.
Akhirnya, dalam hidup ini kedewasaan dan bersikap dewasa lah yang akan berperan agar semuanya berjalan dengan baik. Bila dunia ini adalah sebuah mobil , Anak – anak muda akan membuatnya melaju kencang. Tapi hanya orang – orang berfikiran dewasa lah yang bisa membuatnya terkendali dan berjalan dijalur yang benar . *Abieomar .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H