Mohon tunggu...
Abie Omar
Abie Omar Mohon Tunggu... -

C'est La Vie !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengapa Wanita Suka Hujan? (1)

23 Agustus 2011   19:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31 3008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia adalah wanita ketiga. Yang darinya aku tahu, bahwa bagi mereka hujan begitu indah. Entah apa yang ada di benak mereka ? sehingga para wanita itu begitu suka, cinta dan tergila – gila pada hujan. Apakah suasana beraroma suram, gemuruh air yang menghujam atau iramanya yang membawa ketenangan.

Sedang arti hujan bagiku Cuma satu, yaitu aktifitas yang terganggu. Lalu menunggu sampai sang hujan berlalu. Atau tertidur karena terlalu lama menunggu. Tapi kecintaan para wanita ini menggelitik keinginanku untuk tahu. Karena mereka adalah wanita – wanita luar biasa bagiku. Penuh inspirasi juga kelembutan hati. Dan aku selalu bersyukur pernah mengenal mereka.

Wanita pertama adalah seorang ibu rumah tangga. Mempunyai seorang putri kecil yang begitu dicintainya. Jangan tanyakan bagaimana aku bisa kenal dengannya, sebab aku telah lupa. Dia suka menkmati hujan ditemani hidangan secangkir kopi. Kecintaannya pada hujan sebanding cintanya pada kopi. Sampai-sampai dia membuat komunitas pencinta kopi disebuah media sosial.

Tentang kopi aku punya filosophi. Bahwa hidup itu seperti secangkir kopi. Kita seduh dengan tangan kita sendiri. Kita hirup sesuka hati. Tapi dia akan habis suatu saat nanti. Lalu kita tersadar pada hirupan terakhir kali. Sayangnya kita Cuma bisa menyeduh satu kali.

Tapi aku tak ingin bercerita soal kopi, aku ingin bercerita tentang hujan dan seorang ibu muda bernama Fitrie Eiya. Dengannya aku tak pernah bertemu muka. Sesekali ngobrol lewat pancaran gelombang elektromagnetik atau mungkin juga serat optik.Tapi selalu aku berdialog secara imajiner dengannya. Melalui tulisannya.

Inilah yang dia katakan saat musim hujan tiba. “Musim hujan datang lagi…Kesenanganku.Waktunya bermain,berdiri dibelakang kaca jendela dan melukis pikiranku dengan beberapa gambar yang ku rindukan. Padakaca jendela itu,aku akan menjadi yang tak terlihat.Memantulkan setiap lengkung alis pejalan kaki yangmenumpang berteduh di luar.Membentuk beberapa bayangan tangan yangmengintip kedinginan dibalik saku jaket mereka.Gambar itu sangat indah! Tapi, betapa aku merasa lucu.Karena aku tak selalu dapat menyentuhnya,meskipun hanya ujung jari mereka.Tapi mungkin,karena itulah.Aku lebih bisa melukis gambar mereka di pikiranku.Kapan saja, saat hujan turundengan satu warna : Sepi”.

Berdiri pada balik kaca jendela yang buram oleh tempias titik air yang melekat disana. Dalam sepi ia menikmati tingkah pola pejalan kaki. Dari kalimatnya aku menangkap keinginan untuk menyapa para pejalan kaki itu. Tapi ia merasa cukup menikmatinya sebagai yang tak terlihat, dan sisi luar jendela sebagai gambar yang indah.

Ini pasti kenangan masa kecilnya. Saat ia berkenalan dengan apa yang ia sebut sebagai keindahan hujan. Tapi aku tak menangkap apa – apa disana. Tak menangkap alasan logis yang membuatnya jatuh cinta pada hujan. Walau dia melukis cerita itu dengan detil. Tentang lengkung alis orang yang berteduh, tentang jemari tangan dibalik saku jaket yang ingin ia sentuh. Hmmm... tiba – tiba yang terlintas di fikiranku “ bukankah cinta yang membuat orang menjadi detil ?”

Pada wanita melekat sifat kelembutan. Pada pria melekat sifat ketegasan. Karena wanita suka bermain dengan perasaan , tidak seperti pria yang lebih suka bermain dengan pikiran. Perasaan membuat wanita lebih terikat pada pengaruh masalalu. Sedang ketegasan membuat pria terikat pada masa kini. Karena ketegasan erat kaitannya dengan mengambil keputusan. Dan keputusan selalu dibuat masa sekarang. Keputusan yang dibuat masalalu disebut penyesalan bila salah. Disebut brilian bila benar.

Lalu apa hubungan dari wanita,masa lalu dan hujan ? Ada suatu fakta misterius oleh Ilmuan bahwa hujan dapat menghipnotis manusia untuk me-resonansi-kan ingatan masa lalu.Di dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yg rindu.Tapi ilmuan tak bisa menjelaskan fakta ilmiahnya. Makanya disebut misterius. Tapi ilmuwan berada pada satu titik kesimpulan, bahwa hujan bisa melahirkan inspirasi.

Lalu masalalu memliki keterikatan dengan “ingatan”. Karena masalalu akan hilang, bila kita hilang ingatan. Sebuah tim dari University of New South Wales berkesimpulan kalau musim hujan ternyata memberikan dampak yang baik bagi otak. Peneliti Australia mendapati, hujan bisa meningkatkan kemampuan otak untuk mengingat.

Aku menggut – manggut. Tuhan menganugerahkan keindahan musim hujan untuk wanita. Tapi memberikan siksaan musim panas untuk pria.Karena kenyataannyapara pekerja diruang terbuka hampir laki – laki semua.

Cobalah cerna apa yang ia katakan dibawah ini :

“Musim dingin…..Dari jendela kamarku, aku melihat beberapa orang mencoba melukis awan.Menyalakan perapian, saling memberi jaket dan mengucapkan terimakasih dengan riang.

Kehangatan seperti itu…..di dalam buku besar pikiranku,sudah sejak lama menghilang..

Hanya saat teringat padanya… mendengar suaranya. hati yang sedih, tak terasa perih

Tiap kali musim dingin tiba,aku tak pernah bertaruh dengan beberapa peluang.hanya pada musim dingin ini saja,saat mendengar suaranya, hatiku selalu terbawa.

Seperti saat ini, Apakah lagu kesukaanku sedang mengalun dihatinya? Apakah angin masih terus berhembus dan melelapkan tidurnya? Apakah ia rindu untuk menyentuh jemariku?

Apakah……. Hhhhhh.Aku tak hendak berharap lagi. bayangannya telah bergerak menjauhiku. sejak kini… aku seolah api yang slalu menyala dan ia tak ingin terbakar… sudahlah……..

Semua yang dia ungkapkan diatas adalah tentang masalalu. Artinya Para ilmuan berkesimpulan tentang hubungan hujan dan ingatan masalalu bukan dari sumber “konon katanya”. Sebelum aku bercerita tentang wanita kedua dan ketiga yang tak kalah luar biasa. Punya rasa cinta pada hujan yang tak kalah besarnya .Nanti aku akan coba mengungkapkan pandangan mereka, tentang kecintaanya pada hujan dengan perspektif yang berbeda.Tapikarena bagiku mereka semua istimewa, aku akan membuat satu tulisan untuk masing – masing mereka.[*abie omar]

Sebagai penutup. Bersama secangkir kopi , inilah yang dikatakan Fitrie Eiya :

“Aku merindukannya dalam desiran hujan.Saat suaraku tak terdengar, dan tubuhku terasa dingin. Merindukannya, membayangkan dirinya…tanganpun terasa hangat meski tak saling menggenggam. Aku ingin ia menyusup ke dalam hatiku. Selalu, seperti sebuah gelombang pasang membuat dadaku penuh… aku akan menahannya, agar tak pernah menjadi tumpah dan kosong. Hingga suatu hari nanti…saat kehidupan ini melewatiku, ia telah berada disana, abadi dalam setiap bait-baitku. Sahabat…..” ============================================================== Baca Juga Yah,...

* Pamanku Yang Kurang Ajar

Semoga Aku Mendapatkan Isteri wanita Berjilbab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun