Mohon tunggu...
Abiel yonathan
Abiel yonathan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemuda Lepas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lahan Basah dan Kearifan Lokal:Menjaga Harmoni Alam dan Budaya

19 Desember 2024   21:40 Diperbarui: 19 Desember 2024   21:40 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

            Lahan basah, yang mencakup ekosistem seperti rawa, gambut, mangrove, dan delta, adalah salah satu sumber daya alam yang kaya dan memiliki fungsi ekologis yang sangat penting. Namun, di balik manfaat ekologisnya, lahan basah juga memiliki hubungan yang erat dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Kearifan lokal ini mencakup pengetahuan, tradisi, dan praktik yang diwariskan secara turun-temurun, yang menunjukkan cara masyarakat hidup berdampingan dengan alam secara harmonis.

            Peran Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lahan Basah Kearifan lokal masyarakat sering kali menjadi pedoman dalam menjaga keberlanjutan lahan basah. Contohnya, masyarakat adat di wilayah pesisir memanfaatkan mangrove untuk bahan bangunan dan obat-obatan, namun tetap menjaga kelestariannya dengan menerapkan sistem tanam kembali setelah pemanfaatan. Tradisi ini memastikan bahwa mangrove tetap lestari dan mampu menjalankan fungsinya sebagai penahan abrasi dan habitat bagi berbagai spesies. Di daerah gambut, seperti di Kalimantan dan Sumatera, masyarakat lokal memiliki sistem pengelolaan air yang disebut tata air gambut. Sistem ini mengatur drainase air dengan cara yang tidak merusak lapisan gambut, sehingga lahan tetap subur tanpa mengeringkan gambut secara berlebihan. Selain itu, tradisi masyarakat Dayak di Kalimantan dalam menggunakan api secara terkendali untuk membuka lahan juga mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya tanpa merusak ekosistem. Hubungan Kearifan Lokal dengan Keanekaragaman Hayati

            Kearifan lokal sering kali mencakup penghormatan terhadap keanekaragaman hayati di lahan basah. Banyak masyarakat adat yang memiliki pantangan tertentu dalam memanfaatkan sumber daya lahan basah. Misalnya, ada kepercayaan untuk tidak menangkap ikan pada waktu tertentu untuk menjaga populasi ikan tetap stabil. Selain itu, beberapa komunitas lokal juga memiliki tradisi adat seperti sasi laut di Maluku, yang melarang eksploitasi sumber daya alam di wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Tantangan dalam Pelestarian Kearifan Lokal Meskipun kearifan lokal telah terbukti mampu menjaga keberlanjutan lahan basah, modernisasi dan globalisasi sering kali mengancam keberadaannya. Banyak masyarakat lokal yang mulai meninggalkan praktik tradisional akibat tekanan ekonomi dan alih fungsi lahan. Misalnya, ekspansi perkebunan kelapa sawit di kawasan gambut sering kali mengabaikan pengetahuan lokal, sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem yang sulit dipulihkan.

            Selain itu, kurangnya pengakuan terhadap hak masyarakat adat atas wilayah lahan basah juga menjadi tantangan besar. Banyak tradisi lokal yang tidak dihargai dalam kebijakan pengelolaan lingkungan, sehingga menimbulkan konflik antara masyarakat adat dan pihak pengelola lahan. Upaya Melestarikan Kearifan Lokal untuk Lahan Basah Melestarikan  kearifan lokal dalam pengelolaan lahan basah memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan masyarakat lokal sebagai bagian dari solusi.

            Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi dapat bekerja sama untuk mendokumentasikan dan mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan.Edukasi juga menjadi langkah penting untuk mengenalkan nilai-nilai kearifan lokal kepada generasi muda. Dengan begitu, praktik tradisional yang berkelanjutan dapat terus dilestarikan. Selain itu, pengakuan hukum atas hak masyarakat adat atas wilayah lahan basah juga harus diperkuat, sehingga mereka dapat terus menjaga ekosistem ini dengan cara yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

Kesimpulan

            Lahan basah adalah bagian penting dari kehidupan, baik secara ekologis maupun budaya. Kearifan lokal yang berkembang di sekitar ekosistem ini merupakan bentuk harmoni antara manusia dan alam yang telah teruji selama berabad-abad. Dengan menjaga kearifan lokal, kita tidak hanya melestarikan tradisi budaya, tetapi juga memastikan keberlanjutan ekosistem lahan basah untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun