Mohon tunggu...
Abie Sudiono
Abie Sudiono Mohon Tunggu... -

Lahir di Pekalongan, dan menghabiskan sekolah SD-SMP-SMA di Kota Pangkal Perjuangan. Secara tidak sengaja tercebur ke dunia kesehatan, dimana pendidikan diploma diselesaikan di Bandung dan pendidikan sarjana serta profesi diselesaikan di Depok dan Salemba. Sekarang sedang mengabdikan sedikit ilmu yang dimiliki sekaligus mengumpulkan segenggam berlian disebuah private college di Malaysia. Berhasrat untuk pensiun muda dan beralih profesi sebagai Peternak Kambing sambil diselingi browsing, chatting, fb-an, twitteran, posting artikel di Kompasiana dan menulis buku kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sehat Jiwa ala Jahoda

24 April 2010   08:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:36 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_125756" align="alignleft" width="187" caption="Marie Jahoda"][/caption] Di Indonesia hanya 3,5 persen penderita gangguan jiwa berat yang mendapatkan terapi oleh petugas kesehatan. Artinya 96,5 persen di antaranya tidak mendapatkan pengobatan yang semestinya. Tindakan pembiaran yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dinilai melanggar hak asasi manusia para penderita gangguan jiwa. "96,5 persen penderita yang tidak mendapat pengobatan itu umumnya dikurung, dipasung, atau menggelandang," kata Ketua Perhimpunan Jiwa Sehat Yeni Rosa Damayanti saat audiensi dengan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jakarta, Senin (1/6/2009). Sumber rujukan ada disini. Boleh jadi pemerintah tidak memberikan perhatian pada penderita gangguan jiwa sebagaimana pernah disampaikan oleh psikiater dr Pandu Setiawan SpKJ, dari sudut pandang kesejarahan isu kesehatan dianggap tidak penting jika tidak mengarah kepada kematian. "Jadi gangguan jiwa tidak dianggap penting karena tidak menyebabkan kematian, tapi terbukti sekarang justru gangguan jiwa menjadi beban yang lebih berat dibandingkan penyakit jantung, atau penyakit lainnya," kata Pandu Setiawan. Sumber rujukan ada disini. Selain itu bisa jadi karena biaya untuk merawat pasien gangguan jiwa itu sangat mahal, bahkan lebih mahal daripada penyakit jantung dan kanker sekalipun. Lihat uraian WHO terkait The Global Burden of Disease disini yang menyatakan bahwa penyakit jiwa menduduki ranking 1 dari sejumlah penyakit yang memerlukan biaya yang paling menguras keuangan keluarga. Sebagai ilustrasi, seorang pasien jiwa yang mendapatkan pengobatan olanzapine 10 mg per hari dalam 1 bulan memerlukan 30 tablet. Di Malaysia - tempat saya bekerja sekarang - 1 tablet olanzapine berharga RM 15, berarti kalau 1 bulan adalah 30 x RM 15 = RM 450 dalam kurs rupiah hari ini [24/4/2010] di Yahoo! Finance RM 1 = Rp. 2.821,8055. Berarti kalau RM 450 setara dengan Rp. 1.269.812,4764. Itu baru untuk keperluan obat satu bulan saja, bagaimana kalau pasien harus minum obat selama 25 tahun sampai akhir hayatnya? Bagaimana pula kalau pasien juga perlu terapi lain selain terapi Psikofarmakologi. Saya yakin keuangan keluarga bakalan jebol untuk menanggung semua itu. Nah, karena sakit jiwa itu mahal biaya pengobatannya, lebih baik kita sama-sama berusaha untuk menghindarkan diri kita dari sakit jiwa. Ada sebuah tips yang disampaikan oleh seorang psikolog dari Austria, namanya Marie Jahoda (1907-2001) lahir di Wina. Pada tahun 1937 - 1945 beliau hijrah ke Inggris antara 1937 dan 1945. Kemudian setelah Perang Dunia ke-2, tepatnya tahun 1958, beliau bergabung Brunel College. Dia memainkan peran pendiri dalam pembentukan pendidikan ilmu sosial di Brunel sampai tahun 1965 dan juga mendirikan sistem penempatan di Ilmu Sosial. Dari tahun 1965, ia menjabat sebagai profesor di Universitas Sussex di mana ia mendirikan Universitas pertama Departemen Psikologi Sosial. Sumber rujukan ada disini. Berdasarkan Jahoda bila kita ingin sehat jiwa tips-nya adalah SIMTOP, yaitu terdiri dari: [1] Sikap yang positif terhadap diri sendiri; [2] Integritas; [3] Menguasai Lingkungan; [4] Tumbuh Kembang dan Aktualisasi Diri; [5] Otonomi; dan [6] Persepsi yang Realitas. Agar kita sehat jiwa modal pertama kita adalah bersikap positif terhadap diri sendiri, setiap orang diciptakan ke dunia ini pasti ada sisi positif dan negatifnya, jadi tonjolkanlah sikap positif kita dan turunkan sikap negatif kita.  Kedua, kita harus mempunyai integritas atau keseimbangan, tidak bersikap NATO [No Action Talking Only] tapi senantiasa memelihara keselarasan lidah dan perbuatan, bukankah semakin sering kita berbohong akan semakin banyak pula kita membuat kebohongan yang lain? Ketiga, kita harus menguasai lingkungan, artinya harus panda-pandai kita bergaul, jangan kuper [kurang pergaulan] tapi senantiasa menjadi diri sendiri dalam setiap pergaulan dan senantiasa bisa beradaptasi dalam berbagai jenis lingkungan pergaulan yang ada. Keempat, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, ini bermakna bahwa kita harus senantiasa menyesuaikan diri kita dengan umur dan tingkat kedewasaan kita. Kita sebaiknya tidak berperan lebih tua dari usia kita atau berusaha lebih tinggi dari kemampuan yang kita mampu kuasai, jadikan setiap usaha kita adalah untuk mencerminkan siapa diri kita bukan hanya untuk mendapatkan tepuk tangan dari orang lain. Keenam, agar kita tetap sehat kita harus memiliki otonomi terhadap diri kita sendiri, jangan terlalu bergantung dengan orang lain. Bukankah semakin banyak kita menggantungkan harapan dan keinginan kita terhadap orang lain, maka akan semakin tinggi pula kita akan kecewa? So, jalani-lah sesuai dengan apa yang anda inginkan dan apa yang anda kuasai. Terakhir, persepsi yang realitas, artinya adalah jangan terlalu banyak berkhayal dan bermimpi karena khayalan dan impian yang terlalu tinggi akan membuat kita jauh dari realitas, tapi kita harus down to earth -hidup disini-saat ini-dan sesuaikan dengan realitas yang ada disekitar kita. Demikian, selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun