[caption id="attachment_124469" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: http://cms.mumbaimirror.com/portalfiles/7/3/200710/Image/Mental%20Health.jpg"][/caption] Sejak mewabahnya Flu Babi atau H1N1 sepertinya kesadaran kita untuk menjaga kekebalan tubuh semakin meningkat. Banyak diantara kita yang mulai rutin berolahraga, mengkonsumsi makanan yang bergizi, beristirahat yang cukup, bahkan ditambah pula dengan mengkonsumsi berbagai multivitamin serta menghindari kebiasaan yang menurunkan derajat kesehatan. Bagi individu yang sadar diri, menurut saya sah-sah saja. Begitu juga yang masa bodoh dengan kondisi yang berlaku disekitarnya, itu merupakan pilihan hidup mereka. Karena sehat dan sakitnya diri kita berdasarkan pendapat Bloom kontributor terbesar adalah lingkungan, diikuti kebiasaan yang kurang baik. Sedangkan genetik dan fasilitas pelayanan kesehatan hanya berkontribusi minimal sebagai agen penyebab memburuknya kesehatan seseorang. Masih terkait dengan wabah H1N1, saking perhatiannya pemerintah terhadap kesehatan warga negaranya, di Malaysia semua warga negaranya diwajibkan untuk mendapatkan imunisasi untuk mencegah H1N1. Tahap pertama yang diberi imusisasi H1N1 ini adalah kalangan guru, dosen, pegawai negeri sipil, dan pelayan masyarakat lainnya. Tahap berikutnya adalah masyarakat awam berikut pelajar dan mahasiswa. Semua diberikan secara gratis, adapun bagi saya sebagai lecturer antara bangsa akan diberikan imunisasi H1N1 tersebut dengan membayar RM25 atau sekitar 60-70 ribu rupiah saja. Penyakit dan kekebalan tubuh memang memiliki keterkaitan yang sangat akrab. Bila kekebalan tubuh stabil, biasanya penyakit menjauh. Tapi sedikit saja kekebalan tubuh kita turun, langsung penyakit bersorak-sorai dengan riang gembira-nya menghampiri kita. Oleh karena itu sangat penting sekali kita menjaga dan memelihara kekebalan tubuh kita disetiap saat. Nah, terkait dengan kekebalan tubuh, sepanjang pengetahuan saya, manusia memiliki 2 jenis kekebalan dalam tubuhnya. Kekebalan tubuh yang pertama sudah saya uraikan panjang lebar diatas, yaitu sistem imun dalam tubuh kita, yang senantiasa bekerja aktif sebagai antivirus dan firewall bagi tubuh kita dari serangan penyakit fisik yang menghampiri kita. Antivirus dan firewall ini harus senantiasa kita dukung agar bekerja dengan optimal dengan memelihara kebugaran tubuh, dan bila perlu diberikan vaksinasi seperti pada kasus H1N1 tersebut. Adapun kekebalan tubuh yang kedua yang ingin saya bahas lebih lanjut adalah terkait dengan kekebalan mental. Antivirus dan firewall ini bekerja dengan efektif untuk menghalau terjangkitnya kita dari berbagai penyakit mental, baik yang ringan maupun yang berskala berat atau kronis. Kekebalan mental ini dimiliki juga oleh semua manusia, ada sejak lahir dan terus menyertai berbagai aktivitas kita. Kekebalan mental ini biasa disebut dalam ilmu psikologi sebagai 'coping mechanisms'. Coping mechanisms terdiri dari unit terkecil yang dikenali sebagai coping skill, yaitu a behavioral tool which may be used by individuals to offset or overcome adversity, disadvantage, or disability without correcting or eliminating the underlying condition [wikipedia]. Sekumpulan dari coping skills tadi akan membentuk coping mechanisms pada diri kita dalam menghadapi berbagai gangguan mental. Misalnya kepandaian kita dalam mengolah emosi, kelihaian kita dalam berkelit terhadap stress, dan berbagai masalah gangguan mental yang lain. Kalau sistem imun dalam tubuh kita terstimulasi dari kolostrum yang dihisap bayi saat pertama kali menyusu dari ibunya, maka coping mechanisms ini akan terstimulasi melalui pola didik dan pola pembelajaran efektif yang diberikan oleh orang tua maupun lingkungannya sejak kecil. Sehingga semakin baik pembelajaran yang dilalui, semakin baik pula mekanisme pemecahan masalah yang bisa dilakukan oleh individu tersebut. Dampak ikutannya adalah individu tersebut akan lebih mudah terhindar dari stress, selalu happy dan senantiasa sehat jiwa. Namun, coping mechanisms juga bisa menjadi rapuh apabila seorang anak secara genetik carrier gangguan jiwa dari orang tuanya. Semakin bertambah rapuh lagi kalau pola asuh atau pola didik anak terserbut kurang baik dalam keluarga. Semakin rapuh lagi bila keluarga tidak harmonis, sering mengalami masalah finansial, bahkan mengalami perceraian. Nah, setelah melihat dua jenis kekebalan yang sudah saya uraikan diatas, ada baiknya kita senantiasa menjaga sistem imun kita dengan hal-hal yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh kita agar antivirus dan firewall kita bekerja dengan baik menghalau berbagai macam penyakit yang dapat menyerang fisik kita. Selain itu, kekebalan mental juga perlu senantiasa diseimbangkan dengan memelihara suasana keluarga yang kondusif, memberikan pembelajaran yang efektif terhadap anak-anak kita, dan disertai dengan aktivitas agama yang adekuat setiap saat. Sehingga selain kita kebal terhadap penyakit fisik, mudah-mudahan kita juga akan turut kebal terhadap gangguan jiwa. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H