Mohon tunggu...
Abie Sudiono
Abie Sudiono Mohon Tunggu... -

Lahir di Pekalongan, dan menghabiskan sekolah SD-SMP-SMA di Kota Pangkal Perjuangan. Secara tidak sengaja tercebur ke dunia kesehatan, dimana pendidikan diploma diselesaikan di Bandung dan pendidikan sarjana serta profesi diselesaikan di Depok dan Salemba. Sekarang sedang mengabdikan sedikit ilmu yang dimiliki sekaligus mengumpulkan segenggam berlian disebuah private college di Malaysia. Berhasrat untuk pensiun muda dan beralih profesi sebagai Peternak Kambing sambil diselingi browsing, chatting, fb-an, twitteran, posting artikel di Kompasiana dan menulis buku kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

You're What You Think

21 April 2010   16:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:39 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_123831" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: http://sciblogs.co.nz/guestwork/files/2010/03/brain1.jpg"][/caption] Sejak beberapa hari ini saya sedang merawat dan mengobservasi dua orang pasien yang mengalami gangguan jiwa. Satu orang lelaki dan satu orang perempuan. Mereka sedang menjalani terapi di sebuah rumah sakit jiwa di Malaysia dan di tempatkan di ruang rawat inap yang berbeda. Saya tidak akan menceritakan secara detil tentang mereka, yang ingin saya sampaikan adalah berkaitan dengan pemikiran mereka dan tingkah laku yang mereka tunjukkan beberapa hari belakangan ini. Setiap melihat mahasiswa bimbingan saya yang terlihat cantik, sang pasien lelaki pasti mendekati dan berbicara tentang fantasi seksual yang ingin dia lakukan. Begitu juga pasien yang perempuan, setiap melihat lelaki memasuki ruang rawat inapnya, dia langsung mendekat sambil mengatakan perkataan yang vulgar dan mengajak lelaki tersebut untuk berhubungan seksual dengannya. Sungguh keduanya telah menunjukkan perilaku yang amat menyimpang, yang berasal dari pemikirannya yang tidak dapat dikendalikannya. Melihat fenomena tersebut, saya jadi teringat dengan ucapan seorang pakar jiwa bernama Jahoda yang mengatakan bahwa berfikir positif terhadap diri sendiri merupakan pangkal dari kesehatan jiwa. Bila kita menyadari bahwa diri kita adalah unik, istimewa dan berbeda dengan yang lain, maka persepsi kita pun akan terbawa positif. Persepsi yang positif akan membuat kita berperilaku positif yang akan mendorong kita melakukan perbuatan-perbuatan yang positif sehingga keberadaan kita akan terasa berguna bagi orang lain. Akan tetapi kondisi sebaliknya dapat pula terjadi, misalnya kedua pasien gangguan jiwa diatas semasa dalam kondisi normal telah terbiasa untuk berfikir dan berfantasi tentang seksualitas sehingga hal tersebut terus memenuhi pikirannya bahkan termanifestasikan selama pasien tersebut menjalani perawatan di rumah sakit jiwa. Sungguh perilaku bertolak belakang terjadi yang diakibatkan karena perbedaan pemikiran yang positif dan yang negatif. Mungkin kita tidak ingin mengalami seperti apa yang terjadi pada kedua pasien gangguan jiwa diatas, yang membuka aibnya sendiri akibat dari kehilangan orientasi terhadap realita karena mengalami gangguan jiwa sehingga apa yang mereka sembunyikan dengan rapat dimasa mereka sehat terlihat jelas dan termanifestasikan disaat mereka sakit jiwa. So, you're what you think.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun