Mohon tunggu...
Muhammad Abid Raihan
Muhammad Abid Raihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Seorang mahasiswa Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Kopi Luwak: Dari Eksploitasi Manusia menjadi Eksploitasi Hewan

3 Januari 2023   14:00 Diperbarui: 3 Januari 2023   17:24 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia menjadi Negara penghasil kopi terbesar nomor 4 di dunia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, Indonesia mengekspor biji kopi sebesar 384.510 ton dengan nilai FOB (free on board) sebesar USD 849.373.200.

Indonesia memang kalah dari tiga Negara lainnya dalam penghasilan biji kopi, namun Indonesia merupakan Negara penghasil kopi termahal di dunia, kopi luwak, nomor satu di dunia. Kopi luwak merupakan kopi yang asli berasal dari Indonesia. Jenis kopi ini pun menjadi salah satu kebanggaan bangsa karena menjadi produk yang diakui dalam skala internasional.

Kopi luwak dikenal sebagai kopi termahal di dunia. Kopi ini mulai dikenal di dunia karena kenikmatannya, hingga permintaan akan kopi luwak melunjak tinggi dan membuat harganya naik. Tak sedikit juga yang merasa kopi ini menjijikan karena kopi luwak merupakan kopi yang tercipta dari hasil pencernaan luwak.

Tak banyak yang mengetahui dari mana awal kopi luwak ditemukan hingga menjadi jenis kopi yang diperjual belikan sampai di kancah internasional. Kopi yang asli berasal dari Indonesia ini pertama kali muncul di zaman kolonial Belanda.

Saat itu, semua aspek ekonomi dari produksi hingga distribusi dan konsumsi dipegang oleh pemerintah kolonial. Banyak perkebunan yang dikuasai oleh pemerintah Belanda dan mengeksploitasi pribumi untuk menjadi pekerjanya. Mereka dilarang untuk mengatur tanahnya sendiri, bahkan menikmati hasil dari tanah yang mereka miliki.

Pada abad ke-19 sekitar tahun 1830-1890, kolonial Belanda menerapkan sistem tanam paksa atau kerja rodi yang disebut cultuurstelsel. Sistem ini diterapkan di kebun-kebun milik pribumi, salah satunya adalah kebun kopi. Saat itu, pemerintah menerapkan aturan yang melarang pekerja paksanya untuk mengonsumsi biji kopi yang dihasilkan kebunnya.

Para pekerja yang merupakan pribumi ini sangat ingin untuk menikmati hasil dari perkebunan tempat mereka dieksploitasi. Mereka sangat tidak bisa untuk melakukannya sampai mereka menemukan sejenis hewan musang yang gemar memakan biji kopi di perkebunan. Hewan tersebut adalah Luwak.

Sistem pencernaan luwak hanya dapat mencerna daging buah kopi. Pencernaan luwak menyisakan kulit ari dan biji dari buah kopi. Biji yang tersisa dari kotoran hewan luwak ini pun dipungut oleh para pekerja dan diolah. Biji kopi itu dicuci, disangrai, ditumbuk, lalu diseduh dengan air panas. Ketika dicicipi, ternyata rasa kopi tersebut masih normal, bahkan lebih nikmat. Tercipta lah kopi luwak.

Kopi luwak dinilai sangat nikmat oleh para pekerja. Kenikmatan jenis kopi ini pun sampai ke telinga para pemerintah kolonial. Mereka pun mencoba untuk mencicipinya juga sampai mengakui kenikmatannya. Kopi ini pun menjadi kopi yang digemari para kaum borjuis Belanda saat itu. Kenikmatan dan proses pembuatannya yang unik membuat harga kopi ini sangat tinggi, bahkan sampai saat ini.

Melihat kembali sejarah dari kopi ini menjadi tamparan ironi untuk saat ini. Kopi ini ditemukan saat manusia dieksploitasi oleh manusia juga. Saat itu manusia merasakan bagaimana tidak enaknya dipaksa untuk bekerja tanpa merasakan kebebasan. Kini, industri kopi luwak juga mengeksploitasi untuk mendapatkan keuntungan. Bukan manusia yang menjadi pekerjanya, tapi hewan luwak yang menjadi penghasil kopi ini.

Kopi luwak sempat kehilangan eksistensinya. Semenjak ditemukan oleh para petani di zaman Belanda, kopi luwak hilang bagai ditelan bumi. Kehadiran kopi luwak mulai terasa kembali semenjak Oprah Winfrey, seorang pembawa acara terkenal dari Amerika Serikat, kembali mengangkat nama kopi luwak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun