Mohon tunggu...
MUHAMAD ABID
MUHAMAD ABID Mohon Tunggu... Dosen - Hidup Dalam perubahan itu Memang Sulit, Tetapi Hidup Tanpa Perubahan Akan lebih Sulit.

Saya adalah seorang dosen di UNIVERSITAS PAMULANG dan juga praktisi HR

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Anak Sekolah yang Menjadi Gembala Sapi

2 September 2023   07:24 Diperbarui: 2 September 2023   14:14 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali mencari rumput saya bisa mendapatkan 2 sampai 3 karung rumput dengan ukuran karung 100 kg dan estimasi berat rumput sekitar 30 - 50 kg, sehingga sayapun terbiasa untuk mengangkat beban yang cukup berat dibandingkan berat badan saya saat itu.

Perubahan fisik saya mulai nampak seiring dengan berjalannya waktu menekuni rutinitas tersebut, diantaranya kulit yang terlihat lebih gelap, telapak tangan yang lebih kasar bahkan terlihat sedikit berwarna kuning karena getah dari rumput-rumput, hal inipun yang terkadang membuat teman-teman di sekolah mengejek saya dengan sebutan gembala sapi.

Ejekan teman di sekolah tidak membuat saya berkecil hati justru membuat saya semakin bangga dan termotivasi karena tidak semua anak mendapatkan kepercayaan seperti saya dari orang tuanya, tidak semua anak sebaya saya mampu melakukan apa yang telah saya lakukan.

Mengatur waktu dengan baik dan disiplin adalah kunci keberhasilan saya menjalankan beberapa peran saat itu diantaranya :
Sebagai anak sekolah yang harus menjalankan aktivitas ke sekolah setiap hari senin sampai dengan hari sabtu mulai pukul 7 pagi sampai 2 siang, kemudian mengerjakan berbagai tugas sekolah dengan baik agar bisa tetap berprestasi. 


Sebagai gembala sapi mencari rumput setiap hari mulai pukul 3 sore sampai dengan menjelang magrib, memberi makan sapi dan membersihkan kandangnya.


Sebagai anak baik yang mengikuti arahan dan nasihat orang tua untuk tidak meninggalkan ibadah sholat 5 waktu, dan selalu sholat maghrib dan isya di musholah.


Sebagai anak remaja yang butuh bersosialisasi dan bermain dengan sesama teman remaja sebayanya.

Lebih dari satu tahun saya menekuni rutinitas tersebut, waktu yang cukup lama namun terasa sangat singkat jika diingat hari, tiba waktu dimana ada pembeli yang berminat dengan sapi jantan saya, setelah proses negosiasi yang cukup lama akhirnya pembeli menyepakati harga untuk membelinya, sedih memang sedih harus berpisah dengan sapi jantan saya namun saya ingat tujuan utama bapak saya yaitu mendapatkan tambahan uang untuk biaya renovasi rumah.

Saya berbisik pada sapi itu, 

"terima kasih yah sapi.. Walaupun kamu tidak bisa menjawab perkataan saya, saya harap kamu ridho yaah, semoga segera saya dan bapak bisa merenovasi rumah dan menjadi rumah yang berkah untuk keluarga saya" 

Air mata pun berlinang dan saya tidak kuasa untuk melihat sapi jantan itu dibawa pergi oleh pembelinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun