Aku mencintaimu lewat rasa yang tak bisa ku hempas pada bimbang, ketakutan yang membuatku menjadi boomerang
Menatap malam tanya bintang memecah gulita, lalu keheningan hanyalah luapan air mata dewi kewarasan
Singgasana kita memberi warna pada rasa, membelenggu diri pada kenaifan , aku terbata
Bisa berjalan bila sunyi adalah peta , bisa bicara jika rembulan adalah aksara
Pesan ini pesan rindu situan pemberi kalbu, lalu kutitipkan deretan pranko dibait sakumu
Aku terpelanting ke dunia , dimana aku tak lagi menemukan mu , suatu hari kamu dimana
Suatu saat aku akan membencimu, lewat peta peta sang pengukir, ia buta nan nestapa ia bisu nan membatu
Suatu pagi kita akan bertemu di padang ilalangg menertawakan rantik yang jatuh diselimuti belukar, ah rupanya kini tiada namamu , selain kesepian membaca ukirmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H