Cakra bumi membentur siksa, menembus peti peti jenajah
Diabawah tanah diatas derita bergoyang , pekikan malaikat kematian terdengar menakutkanÂ
Sehelai kain putih bernama kafan ,membungkus daya menutup harapan
Terbujurlah bangkai, diantara ulat ulat yang kelaparan
***
Pesan alam , tubuh yang terkoyak tulang yang rusak, menghidupkan iya subur tanaman
Tak lagi memberi retorika, iya sudah memberi makan
Sari sari tubuh yang tiap hari memakan serat serat kehidupan
Akan kembali kepada tanah dan  yang akan dimakan oleh kehidupan mendatang
***
Sekali saja memberi makna kepada alam, jika iya tak punya cipta
Kala nalar sudah tak berguna , biarkan alam yang bersabda
Bersabdalah alam, jika manusia rakus akan ketamakan, kelak iya hanya sebatang jasad yang tak bernilai harganya
Bersabdalah alam, kehidupan mesti terus menghidupi , walalupun hanya sebatas tubuh yang sudah dikoyak bumi
Bersabdalah alam, tak ada kehidupan yang abadi, manusia serakah memakan seluruh isi cipta tuhan, tapi iya hanya membalas dengan sedikit pupuk kehidupan, ironi
Bersabdalah alam, tamak hanya makna kehancuran, serakah adalah makna kebinasaan , dan durja adalah makna kemunafikan
Bersabdalah alam, berhenti menghujat, berhenti mencaci, karena kita hanya setetes intisari
Bersabdalah alam, buka lah matahati , agar tuhan rela mengasihi kala kita sudah menjadi bangkai dan matiÂ