Telah ku baca dan ku buka lembar lama di kertasku yang sudah lusuh itu, lembar pertama hingga lembar lembar berikutnya
Dear diary
Begitu sering ku ucap di awal kalimat, lalu pergi menuju bait bait kisah
***
Kertas bisu itu pernah sobek, kala hujan di bulan november
Saat itu aku yang masih di perjalanan, tak lama tubuh di disisihkan untuk berteduh di trotoar
Terjatuh ditanganku diantara genangan air hujan, lalu basah dan beberapa lembarnya jadi rusak lalu sobek, terkoyak koyak waktu itulah mengapa dia semakin lusuh
***
Rintik catatan membawa ingatan pada kabar merah di tepianÂ
Saat teringat kabar, pembunuhan seorang aktifis kemanusiaanÂ
MUNIR sering iya dijuluki, seorang pemberani yang dibunuh dengan keji, ya dibunuh dengan racun !
Oleh mereka yang sudah muak dengan kebenaran.
Kabar duka menyelimuti bagi para pencintanya, termasuk aku yang bertanya betapa kejamnyaÂ
Akhirnya ku rundukan kepala sejenak , membaca doa sembari mengheningkan cipta di hari ini, doa untuk seluruh manusia yang pernah berjasa pada kehidupan
***
Di akhir lembar, aku menulis " hidup itu proses keberanian " Disitu penutup petikan pendek , di diary yang sudah lusuhÂ
Tutup sudah semua aku ringkas menjadi memoar sepi yang masih terus ber api api