Hari Tani Nasional, “Wahai petani/Kaulah yang membuat Bumi hidupi anak-anak negeri/Patut kau dihargai tinggi-tinggi/Bukan diperas sampai mati berkali-kali” Begitu @ioanesrakhmat menyapa petani lewat Tweets. Sejalan dengan apa yang dirasakan para Petani, seperti dilangsir jurnal Perempuan Selasa 23, September, 2014:
“Sejak tahun 1960-an telah terjadi proses 'feminisasi pertanian', yaitu meningkatnya jumlah perempuan menjadi petani dan menjadi kepala keluarga karena pasangan bermigrasi ke kota-kota menjadi buruh. Ester Boserup merupakan salah satu perempuan pertama yang mengangkat perihal ini dalam kajiannya: Women's Role in Economic Development, Male and Female Farming Systems, London: Earthscan (1970). Feminisasi pertanian tidak hanya bermatra gender, tetapi juga bermatra kemiskinan. Pertanian perempuan lebih banyak adalah pertanian subsisten, yaitu untuk menyokong konsumsi pangan keluarga. Kebanyakan mereka adalah keluarga-keluarga miskin yang kemudian terhimpit oleh pasar bebas dan kedatangan tambang-tambang.”
Sedangkan nada sumbang datang dari @komonitasGUSDURian, “Selamat Hari Tani Nasional. Di Rembang, ada puluhan ibu2 petani yg terus berjuang menolak berdirinya pabrik semen. Mereka bertahan 100 hari”
Dalam Jurnal Perempuan PimRed @Dewi Candraningrum. menuturkan “Sukinah adalah salah satunya. Pada 23 September ini, Sukinah dan sekitar 300-an perempuan di Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih, Pegunungan Kendeng, Rembang telah bertahan lebih dari 100 hari di tenda mereka untuk mempertahankan ekosistem dan air yang terancam penggusuran oleh tambang semen. Kawasan Kendeng telah ditetapkan sebagai kawasan lindung geologi oleh pemerintah pusat.”
Begitu ironis Petani Indonesia, semoga salam dari wakil presiden terpilih Bapak Muhammad Jusuf Kalla @Pak_JK yang mengucapkan “Selamat Hari Tani Nasional 2014 kepada seluruh petani di Indonesia, sampaikan salam hangat untuk seluruh keluarga.” Seluruh keluarga Petani Indonesia tidak membenarkan kata bang @Dahnil Azhar “Selamat hari tani nasional. Negeri agraris yg tdk ramah dg petani.”. AG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H