Dalam dunia pendidikan, nilai yang dihasilkan dari asesmen atau penilaian menjadi tolok ukur utama yang menentukan kesuksesan akademis peserta didik. Peserta didik dianggap sukses secara akademis apabila memiliki nilai yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, peserta didik dengan nilai standard atau kurang dianggap tidak berhasil dalam akademis.
Asesmen atau penilaian penting dilakukan agar guru dapat menilai kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran pada satu periode tertentu. Bentuk asesmen yang sering ditemui oleh peserta didik adalah asesmen sumatif. Namun, di balik urgensi asesmen sumatif, terdapat tantangan besar yang harus ditaklukkan oleh peserta didik, yaitu bagaimana menyeimbangkan antara pencapaian akademik dan kesehatan mental. Â
Artikel ini akan membahas tentang hubungan nilai akademis dengan kesehatan mental, serta bagaimana menjaga keseimbangan yang sehat antara keduanya.
Asesmen sumatif: Mengukur Pencapaian atau Menambah Beban?
Asesmen sumatif diartikan sebagai salah satu bentuk asesmen yang dilakukan pada akhir semester dan atau akhir tahun. Tujuan asesmen sumatif adalah untuk mengukur penguasaan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran secara menyeluruh dan nilai yang dihasilkan dianggap sebagai nilai akhir.
Proses asesmen sumatif seringkali membawa tekanan tersendiri bagi peserta didik. Momen asesmen sumatif bisa menimbulkan kecemasan, terlebih lagi bagi mereka yang berpikir bahwa hasil asesmen sumatif dapat mempengaruhi masa depan. Perasaan khawatir selama asesmen dapat berkontribusi pada munculnya gangguan mental seperti insomnia, stres, kecemasan berlebihan, dan depresi.
Kesehatan Mental Peserta Didik Harus DiutamakanÂ
Kesehatan mental dimaknai sebagai kondisi psikologis dan emosional seseorang sehingga memungkinkan baginya untuk menjalani kehidupan dengan baik. Di dunia pendidikan, kesehatan mental memiliki kontribusi yang besar terhadap performa peserta didik di sekolah, baik secara akademik maupun sosial. Peserta didik yang sehat mentalnya menunjukkan prestasi yang lebih baik dan memiliki hubungan sosial yang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan peserta didik yang mengalami stres dan kecemasan berlebihan memiliki prestasi yang kurang baik, sering membuat masalah atau cenderung menutup diri.
Mencari Keseimbangan Nilai dan Kesehatan Mental
Agar keseimbangan antara nilai dan Kesehatan mental dapat terwujud, diperlukan adanya pendekatan yang lebih holistik dalam pendidikan. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah untuk menciptakan keseimbangan antara nilai dan kesehatan mental peserta didik:
Fokus pada proses pembelajaran, bukan hanya nilai.