Mohon tunggu...
Khusnul Abid
Khusnul Abid Mohon Tunggu... -

Saat ini Menjadi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi sekaligus menjadi Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Unitri Malang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Harmoni CintaNya Allah

11 Januari 2016   21:39 Diperbarui: 11 Januari 2016   21:52 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Radar kehidupan memang selalu terporos rapi atas kehendak sang kuasa. Sehingga hal tersebutlah yang membuat mata hati manusia selalu mencerminkan sifat-sifat ketuhanan, seperti halnya sifat sombong, maha tahu, dan berbagai sifat lain yang hadir dalam cerminan manusia. Barisan jejak kerinduan yang mulai lamban hingga mengalir kencang seperti halnya tiupan angin yang berhembus dalam udara yang menyelimuti kulit manusia, seperti itu pula harapan dan cita-cita mulya manusia dalam menghadirkan panorama kebahagiaan dalam kehidupan manisnya. Sejatinya, demi memeluk alam kebahagiaan pun, manusia sangat membutuhkan energi yang cukup banyak demi menghadirkan potensi tersebut. Sedangkan, sisi kebahagiaan sendiri terkadang tak kunjung menghampiri makhluk yang bernama "manusia."

Sikap-sikap istimewa yang terpancar dalam rona mukjizat dari Allah SWT acapkali menjadikan manusia lupa akan Tuhannya, Tuhan yang senantiansa memberikan alam kebahagiaan, alam kenikmatan, hingga alam pengetahuan seringkali terlewatkan. Memang manusia harus taat dan patuh terhadap Undang-Undang yang diberlakukan Allah yang diikat dalam payung agama. Sehingga dengan demikian, maka maka manusia akan bisa mewujudkan dimensi 'kesuksesan' yang di idam-idamkan. Dewasa ini, untuk menarik magnet kerinduan kepada Allah, perlu kiranya ada sentuhan manis sebagai stimulus memperkuat hubungan dengan Allah. Namun secara garis besar, hubungan antara Manusia dengan Allah sejatinya merupakan hubungan antara makhluk ciptaan dengan Tuhannya, antara yang menyembah dengan disembah.

Melalui goresan tulisan ini, secara pribadi penulis hanya ingin menghembuskan nafas yang ada di dalam hati, dengan begitu, ketajaman hati demi memaknai arti kehidupan yang bijak semoga lekas terwujud. Barngkali, kerinduan akan dzat Allah tersebut lah yang mengaliri penulis untuk terus mencoba memperkaya diri secara lahiriyah hingga bathiniyah. Cara-cara seperti ini, yang penulis yakini bahwa Allah selalu berada dalam dekapan hati, dekapan nafas, yang selalu menemani kita untuk selalu menuhankannya secara totalitas. Dalam kausilitas kehidupan manusia, sejatinya Allah tidak memerlukan 'kita,' namun 'kita'lah yang membutuhkan Allah. Meskipun terkadang dunia ini kejam dan penuh dengan berbagai duri-duri kehidupan, namun ingatlah, itu merupakan bentuk ujian dari Allah kepada hambanya, karena kasih sayang Allah selalu terpancar untuk makhluk yang selalu taat dan bersyukur kepadaNya. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun