Mohon tunggu...
Abi Callysta
Abi Callysta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang Pemula Yang Ingin Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

Mahalnya Sebuah Merk Bagian 1

4 Desember 2012   15:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:12 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman sudah berubah, semuanya diukur dengan merk. Beli jeans manusia hari ini kalau tidak bermerk Levis tidak keren alias gak macho. Beli sepatu bola kalo tidak Nike atau Adidas sorry lah yau. Mau minum kalo tidak Coca Cola atau Pepsi Cola sudah ketinggalan zaman. Minum air mineral kalau tidak merk Aqua berarti kualitas nomor dua, berarti gak hygenis. Mau makan kalo tidak ke KFC belum di katakan keren dan gaul. Seandainya seorang cewek bisa dinikahin dengan mencantumkan atau dilabeli merk mungkin manusia sekarang akan membeli cewek dengan merek tersebut.ha..ha..

Betapa kreatifnya seorang produsen produk untuk menciptakan image ataupun citra dari sebuah produk. Dulu sih, ketika tahun 1990an ketika orang belum banyak mengenal dan memilih merk pasta gigi seingat saya waktu kecil Ritadent adalah produk andalan pilihan bapak saya. Disamping murah isinya juga gede, alias banyak. Maklumlah keluarga kami memang keluarga besar jadi kalau beli pasta gigi selalu memilih ukuran yang jumbo biar awet (biar tidak beli dan beli) tentunya Ritadent memenuhi kebutuhan kami waktu itu.

Dengan bergulirnya kebijakan pemerintah kala itu, hadirlah TV swasta yang mulai mempropagandakan merk lain yang kualitasnya lebih bagus (tentunya kata iklanya sih!) Hadirlah berderet merk-merk pasta gigi, mulai merk Ciptadent, Colgate dan Pepsodent. Sehingga mau tidak mau merk ritadent mulai tenggelam dan di tinggalakan. Beralihlah salah satu ke merk-merk baru tersebut.

Hari ini kita memang sudah masuk di budaya branded product. Semua barang harus ada merknya . Orang sekarang bahkan akan lebih pede menggunakan celana jeans bermerk, padahal itu sobek-sobek alias bolong-bolong, dibanding memakai celana jeans yang modelnya biasa-biasa saja atau bahkan terlihat culun, padahal itu lebih rapi. Kalo di Tanya:” Bro model celanamu kok aneh?” Dengan enteng dan PD dia kan jawab : ” Ini lagi trend dan bermerk Bro!”

Orang membedakan mutu berdasarakan merk. Garam dikemas dalam kemasan bermerk. Beras bermutu juga memakai merk. Berati disini perlu dicatat bahwa setiap merk mempunyai citranya sendiri.

Merk bukan hanya sebuah permainan kata-kata. Produk dan merk perbedaanya sangatlah fundamental. Produk adalah sesuatu yang di buat oleh pabrik. Sedangkan merk adalah sesuatu yang di beli oleh konsumen. Produk bisa saja ditiru oleh pesaing, tapi merk? Sebuah produk bisa menjadi kedaluwarsa, tetapi merk yang baik bisa bertahan lama. Coca Cola sudah lebih 100 tahun, Lifebuoy dari Unilever sudah lebih dari 100 tahun. Sharp di Indonesiapun juga genap 100 tahun. Mereka semua sudah berkali-kali mengalami perubahan produksi tetapi merknya tidak.

Ada sebuah hal menarik dari merk kopi lokal yang akhir-akhir ini merajai iklan di televisi kita. TOP Coffee membranding merknya mati-matian untuk merebut citra di mata konsumen para penikmat kopi. Top Coffee mengawinkan ketenaran citra Iwan Fals dengan Top Cofeenya. Sebuah perkawinan citra dan merk yang sempurna. Hari ini kalau kita ngomong Iwan Fals identik dengan TOP Coffee. Sedangkan kalau ngomong perubahan identik dengan Iwan Fals

So, kapan anda akan membranding merk Anda sendiri sehingga menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual yang tinggi?

SELAMAT MENCOBA MERK ANDA SENDIRI UNTUK MENJADIKAN SEBUAH KOMODITI YANG MAHAL!

Catatan: semua merk-merk yang disebutkan di atas hanya iseng-isengnya penulis mau menuliskan merk-merk tersebut. Gak ada kepentingan untuk mempromosikan produk-produk diatas. Atau yang lebih ekstrim lagi untuk menjatuhkan merk-merk tersebut. Ini hanya sebagai kajian manajemen.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun