Mohon tunggu...
Abi Cahya
Abi Cahya Mohon Tunggu... -

Saya anak kelas 2 sma yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Anjing, dan Ular

26 April 2012   13:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:04 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hai Ari. Anjingmu keren sekali hari ini,” sapa Dafi ketika kami bersua di taman.

“Terima kasih, Daf. Aku baru membawa dia ke salon yang di Senayan kemarin malam,” balasku.

Namaku Ari dan aku kelas 2 SMA. Aku sangat menyukai anjing. Menurutku, anjing itu adalah binatang yang paling setia. Memang benar kata – kata orang barat “A dog is a man’s bestfriend.” Nama anjingku adalah Maltese dan dia tipe German Shepherd. Alasanku menyukainya adalah karena dia sering mengikutiku kemana – mana dan tipe anjing dia suka digunakan oleh para polisi untuk razia narkoba. Walupun begitu, aku bukan tipe orang yang menyukai binatang. Aku hanya menyukai anjing saja. Binatang yang paling aku benci adalah ular. Kebencianku terhadap ular dimulai saat aku menonton sebuah film documenter yang bercerita tentang bahaya ular. Film itu sangat membuatku takut. Aku bahkan tidak tahan mendengar kata ular. Tidak peduli itu ular berbisa atau tidak.

Otakku seperti mau meledak rasanya setelah kelas fisika pagi ini. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang Pak Bram ajarkan.

“Hei Ri kamu kenapa sangat membenci ular? Allah menciptakan mereka pasti ada sebabnya”, ucap Dafi tiba – tiba.

“Ahh sudahlah malas aku jelasinnya. Sudah banyak sekali orang yang bertanya dan jawabanku akan selalu sama. Mereka berbahaya,” jawabku dengan agak kesal.

Aku kesal sekali jika ada orang yang bertanya mengapa aku sangat membenci ular. Bukannya apa – apa tapi setiap aku mendengar kata ular, aku pasti langsung membayangkan sebuah gambar ular di otakku dan itu sangat mengganggku. Apalagi jika yang terbayang adalah ular kobra yang katanya sangat berbisa.

“Ah ya sudahlah ngapain juga aku mikirin ular terus. Mendingan aku pergi makan sama Maltese aja,” gumamku dalam hati.

Aku langsung pergi ke restoran di dekat rumah untuk makan sup daging kesukaanku. Dan seperti biasa aku pun membawa Maltese bersamaku. Aku juga tidak sabar untuk minum es kelapa di situ karena aku berkeringat banyak sekali saat bermain bola dengan Dafi.

“Praang!!!!!”

Suara piring jatuh itu kencang sekali. Saking lelahnya aku sampai ketiduran saat makan tadi. Parahnya kuah sup itu tumpah ke tanganku. Bau sekali rasanya tanganku.

“Awwww!!” teriakku.

Sakit sekali tanganku digigit Maltese. Giginya tajam sekali sampai bisa membuat tanganku berdarah banyak. Mungkin dia mengira tanganku itu adalah daging karena ketumpahan sup tadi. Dengan panik sang penjaga restoran langsung membawaku ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit aku langsung lari ke arah UGD.

“Untung kamu tidak terinfeksi rabies,” ucap dokternya.

Aku sangat lega mendengar kata-kata itu. Setelah itu aku langsung pergi menuju arah pulang karena aku ingin mengistirahatkan tanganku. Rasanya jalan jauh sekali dan langkahku terasa berat.

“AHHHHHHHHHH!” teriakku saat aku melihat ular di lantai kamarku.

Aku langsung naik ke atas tempat tidurku. Aku langsung berteriak memanggil Mang Udin untuk mengusir ularku. Sialan sekali ular itu, padahal aku sangat suka tidur di lantai karena segar. Aku langsung tidur karena kepalaku rasanya pusing sekali.

Aku merasa lebih baik pagi ini. Aneh sekali, rasanya aku tidak sabar untuk masuk sekolah hari ini. Aku tidak sabar untuk menceritakan Dafi apa yang terjadi kepadaku kemarin. Setelah absen pagi, aku baru sadar kalau Dafi sudah absen untuk 3 hari. Ah ya sudahlah besok juga pasti dating dia. Besoknya, aku sangat senang karena Dafi sudah kembali ke sekolah.

“Hey Daf, ke mana saja kau baru masuk sekarang?” tanyaku.

“Aku baru kembali dari Singapore. Kakekku meninggal gara-gara biri-biri. Kata dokternya sih karena dia sering tidur di lantai. Eh, bukannya kamu sering tidur di lantai, ya?” tanya Dafi.

“Wah, sudah enggak lagi, Daf. Kemarin ada ular masuk ke rumah dan mulai saat itu aku sudah takut tidur di lantai lagi,” ucapku.

Ternyata apa yang aku suka bisa melukaiku dan yang aku benci bisa membawa manfaat untukku.

Indonesia, 26 April 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun