Masih hangat berita tentang beberapa orang bercadar mengobrak-abrik bangunan makam cucu Sultan HB VI, Kyai Ageng Prawiro Purbo, atau yang dikenal dengan Makam Karang Kabolotan di Dusun Tahunan, Kelurahan Semaki, Umbulharjo, Senin (16/9/2013) yang lalu. Kyai Ageng Prawiro Purbo yang merupakan putra dari Gusti Pangeran Haryo Suryometaram, putra Sultan Hamengku Buwana VI. Semasa hidup, Kyai Ageng Prawiro Purbo lebih memilih hidup dengan cara menggelandang. Banyaknya orang berziarah di makam ini menjadikan makam ini dituduh tempat musrik, orang yang berziarah 'mendoakan' Kyai Ageng Prawiro Purbo dan mencoba mencari keteladanannya dicap sebagai kafir yang berdoa 'kepada' orang mati dan menyembah makam. Memang benar sebagian, bahkan mungkin sebagian besar peziarah belum memahami betul ilmu berziarah, karena pada dasarnya peziarah yang datang tidak diperbolehkan 'meminta sesuatu', tetapi hanya mendoakan orang yang makamnya diziarahi. Tetapi merusak makam adalah tindakan yang tidak benar, karena pihak keluarga sudah juga 'memfasilitasi' peziarah dengan cara yang benar, yaitu yasinan dan tahlilan setiap Senin Legi ataupun mujahadahan dan salawatan setiap Rabu Legi.
Ziarah makam adalah hal yg lumrah dalam budaya jawa, bahkan berziarah dan mendoakan leluhur menjadi semacam kewajiban dalam waktu tetentu di berbagai daerah. Ketika ziarah makam dianggap sesat, me
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H