Merenung sejenak (Pojok Ujian Nasional)
Beberapa waktu yang lalu diadakan UNPK (Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan) paket A di podokku. Pesertanya adalah anak-anak kelas VI yang berasal dari pondokku serta dua pondok pesantren luar. Pada hari pertama, jadwal ujian yang tertuli adalah untuk 2 mata pelajaran, masing-masing untuk jam pertama adalah pelajaran PKn, sedangkan jam kedua adalah pelajaran Bahasa Indonesia.
Kontras. Itulah kalimat dan kesan yang pertama kali mampir di otakku. Sembari mengernyitkan dahi, aku mengangguk-angguk, "Apa sudah benar komposisi soalnya seperti ini? Pembahasan dalam naskah soal PKn sungguh mengandung kata-kata yang sangat asing di telinga siswa, bahkan bahasa soal tersebut sebagiannya lebih mirip untuk dikerjakan bukan oleh anak SD." gumamku.
Ketika jam kedua sudah dimulai, naskah soal Bahasa Indonesia coba kubaca. Soal mudah, cocok untuk usia SD. lSejurus kemudian aku berkata lagi dalam hati, "Apakah komposisi pembuatan soal dan pemberian bahasan dalam mata pelajaran PKn sudah pas? Apakah komposisi soal dalam pelajaran Bahasa Indonesia sangat mudah? Karena bila pambahasan Bahasa Indonesia saja mudah, bagaimana bisa dalam pelajaran PKn disebut-sebut kata semacam, "amandemen", "Geo politik", dan berbagai kata asing yang lain? Sedangkan Bahasa Indonesia adalah alat untuk memahami pelajaran B. Indonesia itu sendiri dan semua pelajaran yang lain. Bila bobot soal pelajaran "alat" saja ringan, mungkinkah dengan "alat" yang berbobot ringan tersebut bisa mencerna soal semacam PKn?"
Sampai saat ini kepalaku terus terang masih memikirkan tentang hal itu. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H