Bismillahirrahmanirrahim.
Dalam postingan kali ini akan saya tampilkan sekelumit tentang figur dan peran para pengasuh teladan. (di MSUTQ-al-Furqon/ ponpes setingkat SD di Gresik-Jatim)
Nah, perlu diketahui oleh kita semua, bahwa ibarat kepengasuhan dalam sebuah pondok pesantren tingkat SD adalah sebagaimana mesin bagi mobil. Kalau mesin mogok, mobil tidak akan jalan. Begitu juga sebuah ponpes. Di MSUTQ sekarang terdapat 6 orang pengasuh yang semuanya bujang. Tentunya hal itu semakin menyulitkan tugas mereka sebagai pengasuh karena memang belum merasakan mempunyai anak sesungguhnya. Namun, itu juga menjadi nilai plus mereka karena mereka dituntut harus berhasil mengurusi kebutuhan santri selama 24 jam tanpa bantuan istri. (mirip-mirip singel parent, gitu)
Bayangan aja ya, kalau seandainya yang diurus itu 16 orang santri; 2 orang santri bermasalah dengan bidang kesantrian karena habis berkelahi, 1 orang lagi karena mencuri. Sedangkan ada 3 anak asuhnya lagi yang belum bisa menguasai pelajaran, masing-masing IPA, MTK dan B. Arab, dan mereka bertiga terancam tidak lulus ujian semester. Ditambah lagi 1 orang anaknya sakit demam di ruang kesehatan dan sudah berlangsung selama 3 hari. Nah, lho… kira-kira bisa nggak, ya si pengasuh itu mengurusi kebutuhan anak asuhnya dalam sehari semalam? Atau lebih jauh lagi, selama satu semester?
Kalau orang yang kurang ngerti sih, dikira kerjaannya pengasuh itu ya tinggal ngasih arahan ke anak-anak terus mereka akan patuh kepada perintah pengasuh. Nyatanya……? Hmmmmmmm…….. sungguh, jauh panggang dari api….
Maka dari itu sebuah sinergi yang baik antara pengasuh, jajaran pengurus sebuah sekolah atau ponpes dan orang tua murid semuanya akan menciptakan keberhasilan yang sangat didambakan. Kalau tidak, yang terjadi adalah ketimpangan di sana-sini.
(Bersambung insya Allah………..) azr.kdr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H