Sepuluh hari bukan waktu yang singkat Tapi entah mengapa serasa kilat Setidaknya itu yang kurasakan Di saat kutelah memilih seorang pendamping Tiba-tiba kau muncul dari balik ketenangan Candamu............... Bisikmu................ Selalu terngiang dalam benakku Serasa hambar pada awalnya Setelah lama dikecap muncul manisnya Aku tertawan!!! Kau menawanku dengan sorot matamu Sayu terlihat, tapi penuh ambisi Hampir kuterperosok Tidak, aku sudah terperosok Jauh ke dalam........ Kini, aku benar-benar tertawan! Hatiku menolak Menahan rasa yang mungkin sama dengan yang kau rasa Kutahan sekuat tenaga Namun, apa daya... Walau kini langkahku terseok Terjerembab dalam jeratan onak Jauh di dasar jurang perasaan kecilku Perasaan yang mencerminkan rasamu Tapi biarlah, semuanya Kan kutahan hingga berputih tulang Biarkan rasa itu hanya aku yang tahu Rasa hati yang sangat indah Terukir apik di atas air..... ***Untukmu yang ada di sana Di sudut selatan kota tua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H