Mohon tunggu...
Ahmad Fauzi
Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... -

biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Curhatan Seorang Awam: Bu Mega, sebenarnya Anda Politikus Seperti apa?

11 Mei 2014   22:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:37 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu, sungguh saya bingung dengan sikap ibu. Bingung sekali, tak perduli berapa kali saya memikirkannya, tetap saja saya bingung. Mungkin, karena memang saya cuma rakyat biasa saja. Rakyat yang hanya tahu makan dan minum, tak terlalu tahu tentang politik. Benar, mungkin karena itulah saya bingung.

Saya masih ingat betul dulu betapa ibu keukeuh ingin jadi presiden. Berkali-kali ikut pemilu dan berkali-kali juga melakukan berbagai macam koalisi. Meski, pada akhirnya tetap saja ibu kalah dari pak SBY yang dua kali berturut-turut menjadi presiden. Saya juga ingat ketika ibu berkoalisi dengan Gerindra dan di perjanjian batu tulis Ibu berjanji akan mendukung pak Prabowo. Tapi, kemudian, ketika melihat pak Jokowi yang popularitasnya meroket.

Ibu berpaling dari perjanjian itu.

Ibu mengeluk-elukkan Jokowi dan akhirnya mencalonkannya menjadi capres. Apa karena demi negara? Atau –seperti yang dikatakan orang- ibu telah membelitkan ‘benang’ pada pak Jokowi untuk nanti digerakkan sesuka hati? Mohon maafkan saya jika saya telah sembarangan menuduh.

Tentu, saya mengerti dengan alasan para petinggi PDIP yang memberi sejuta alasan atas ‘berpalingnya’ ibu dari pak Prabowo. Entah, alasan perjanjian batu tulis itu tidak bisa dijadikan gugatan atau alasan lainnya. Hanya saja, pantaskah seorang negawaran beretika seperti itu? Dengan mudah berpaling karena satu dan dua alasan.

Atau politik memang seperti itu?

Lalu, ketika pak Jokowi ternyata gagal menjadi pijakan PDIP untuk mendulang suara, apa Anda akan kembali berpaling kesana-kemari untuk mencari suara? Entah apa yang Anda pikirkan, tapi Gerindra sekarang mendekati partai Golkar.

Pak Parbowo dan pak Ical.

Dua kekuatan besar di pemilu kali ini.

Kalau keduanya berkoalisi, apa yang akan terjadi?

Sungguh, sampai sekarang saya masih berpikir, kalau saja pak Jokowi mau menunggu sampai masa jabatannya selesai dan Anda mau tetap mempertahankan Gerindra. Maka, saya yakin hal itu cukup untuk menguasai pemilu kali ini atau setidaknya bisa menjadi tokoh kunci di pemilu kali ini.

Lalu, hal yang membuat saya tambah bingung, adalah munculnya ‘sinyal’ PDIP untuk mendekati Partai Demokrat. Ini benar-benar membuat saya bingung. Saya masih belum bisa lupa betapa Anda begitu bersemangat ‘memuji’ betapa buruknya pemerintahan pak SBY.Sikap Anda yang begitu enggan sekedar untuk bersalaman dengan beliau. Sikap Anda yang begitu mempertanyakan kepemimpinan seorang SBY. Sampai, saya pikir Anda selalu punya agenda untuk memperlihatkan betapa buruknya pemerintahan SBY. Sehingga, ketika salah satu kader PKS meneruskan twit temannya untuk ‘melawan lupa’, saya hanya bisa tersenyum.

Saya tak tahu bagaimana akhirnya, apakah PDIP dan PD akan berkoalisi atau tidak.

Tapi, ketika melihat Anda bersalaman dengan pak SBY di salah satu media demi 'pendekatan'.

Saya hanya tersenyum kecut.

Apa Anda sudah lupa betapa dulu Anda enggan bersalaman dengan pak SBY?

Atau semua ini hanya karena Anda takut Prabowo akan memenangkan pilpres? Atau Anda begitu putus asanya sampai mendekati pak SBY? Atau ini hanya politik saja? Atau memang begitu adanya politik? Teman dan lawan hanya masalah kepentingan dan kekuasaan? Lho, kalau begitu dimana kepentingan rakyat?

Sungguh, ibu, sebagai seorang pengagum Soekarno, saya betul-betul bingung dengan sikap ibu. Mungkin, karena saya memang orang awam yang tak faham politik sehingga saya tak bisa membaca ‘pikiran’ ibu. Juga, pada rekan-rekan yang membaca tulisan ini, mohon jangan menghina saya yang tak faham politik ini. Saya memang hanya rakyat yang tahunya makan dan minum.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun