Membaca artikel di Kompas.com, Â Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyatakan rasa ibanya pada anak-anak pelaku Korupsi di Indonesia. Ia menyatakan betapa menyedihkan mendengar cerita keluarga para koruptor yang harus menanggung banyak beban karena ulah Ayah atau Ibu nya yang terlibat Korupsi.
Selain perundungan di sekolah, bahkan ada yang hendak menikahpun batal dilakukan karena pihak besan tidak mau berbesan dengan koruptor. Miris memang....
Tapi maksud Ghufron bukan soal  melakukan perundungan pada anak-anak tersebut, namun lebih pada para pejabat yang sudah mengemban amanat tugas harus hati-hati dalam bertugas. Harus ingat bahwa tugas yang diemban mengandung resiko-resiko terutama korupsi.
Karena akibat yang ditimbulkan bukan hanya untuk pelaku korupsi dengan konsekuensi di bui dengan dakwaan korupsi saja. Imbas lebih terasa pada anak-anak dan pasangan dan keluarga.
Dari Postingan berita Kompas.com di Twitter , banyak komentar yang menyalahkan pada pelaku korupsinya. Tapi mereka sebagian besar juga menyatakan resiko jika ketahuan ( ditangkap KPK) ya seperti itu, tapi andaikan tidak ketahuan ? Bukankah mereka ( keluarga) juga menikmati hasil Korupsinya ?? Berapa banyak koruptor yang bebas melenggang dengan uang haramnya tanpa proses ?Â
Berapa keluarga bisa membuka bisnis dengan hasil korupsi lalu melakukan pencucian uang ?
Mungkin saja saat ini masih bebas.... toh KPK tidak akan diam jika memang data dan bukti ada untuk seseorang bisa dijerat dengan pasal korupsi ?
Jadi jika sekarang muncul anak-anak korban perundungan oleh teman-teman sekolah atau lingkungan, salahkan pada orangtuanya.Â
Toh lingkungan tidak bisa dibungkam dengan tanganmu....
Tapi kamu bisa membungkam mulut orangtuamu agar tidak korupsi.....
Bisakah ????