Mohon tunggu...
Abest
Abest Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Segala puji dan syukur untuk segalanya hari ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cercah Pencerahan di Sudut Simpanglima

21 Agustus 2014   23:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:55 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408611993391292758

-coretan pribadi-

Siang ini sebelum jam istirahat ku meluncur ke Simpanglima. Angin agustus semilir meniup tengkukku yang tersengat sinar matahari siang. Sang surya nongkrong dengan angkuh di atas langit Semarang, sambil melotot ke bumi dia bermain-main kapas-kapas putih awan yang bergerak lamban.

Baru tadi pagi kusadari SIM ku telah kadaluarsa. Aku masih ingat tanggal ulang tahunku di akhir Juli tapi tak kusangka kadaluarsa SIM ku adalah tahun ini. Mobil pelayanan SIM keliling yang mangkal di pojok barat daya Simpang yang terdekat dari tempatku kerja. Pilihan waktu mendekati jam makan siang ini pasti tepat untuk mendapat pelayanan segera.

Dari Jalan Gajahmada di utara ku mengitari lapangan Simpanglima menuju mobil SIM keliling di posisi jam 2 barat daya. Lapangan penuh tenda-tenda dan panggung katanya untuk serangkaian pesta rakyat yang diadakan pak Gubernur. Tampak ada beberapa kelompok anak band dengan seragam SMA di beberapa titik lokasi. Hampir setengah putaran aku capai di pojok tenggara lapangan. Tiba-tiba dari agak tengah lapangan kilatan secercah sinar halus menyapu fokus kesadaranku.

Sudah menjadi kebiasaanku melakukan pernapasan kundalini memanfaatkan waktu terbuang saat mengendara motor di jalan raya. Berangkat, pulang dan bepergian di jam kerja terjebak lalu lintas Semarang yang juga mulai macet membuat waktu hidupku hilang sia-sia. Kiranya sekian tahun pernapasan dengan dipupuk radiasi kosmos sang surya dan diramu dengan getaran ritmis mesin motor di titik pereniumku telah mencapai titik jenuh yang siap meledakkan energi kundaliniku. Sinar halus misterius dari arah lapangan Simpanglima menjadi pemicu attunement kebangkitan kundaliniku yang selama ini tidur.

Kucoba pertahankan kesadaranku untuk mengingat pada detik-detik sinar tersebut tertangkap mataku. Walau singkat dan kabur dapat kulihat di benakku sinar itu dari suatu titik sekitar 4 meter di atas tanah. Itu adalah sinar mentari yang terbiaskan bulir-bulir keringat lembut di pori paha gadis SMA di pucuk piramida cheer leaders yang sedang berlomba. Sinar kosmos mentari, air sumber kehidupan dengan larutan saripati kimia yang telah beredar di seluruh tubuh terselubungi energi Yin seorang gadis remaja murni. Suatu komposisi yang telak dan timing yang pas dengan lewatnya seorang pelaksana yoga kundalini yang energinya siap meledak.

Tak kusadari lagi keberadaanku di tengah sesak kendaraan di jalan keliling Simpanglima. Tak sempat lagi kupikirkan apa yang akan terjadi dengan diriku dan motorku di tengah jalan. Energi kundalini menggedor tulang ekor menghentak menerobos jalur sushumna dalam tulang belakang punggungku merobek satu demi satu tabir chakra-chakra yang dilewatinya. Chakra dasar, chakra sex, chakra solar plexus, chakra jantung, chakra tenggorok, chakra mata ketiga, dan membentuk tornado di chakra mahkota. Suatu pencapaian yang tak tergambarkan, yang tak bisa terwakili kata-kata, yang tak bisa terlintas di dalam benak, yang tidak bisa terdefinisi dengan segala keilmuan duniawi. Sesuatu yang di luar duniawi.

Setitik ego kecilku berusaha bertahan. Tak rela semua prana tersedot dalam pusaran kosmos chakra mahkota. Sejumput prana kuambil dan kubawa turun menuju titik tian tien dua jari di bawah pusar, untuk deposit tenaga dalamku. Tapi energi ini begitu binal. Hasil dari attunement oleh cahaya kosmos yang terprisma bulir keringat paha kuning langsat gadis SMA hingga bersaput intisari energi Yin murni kepada kundaliniku, belum pernah kupelajari dalam buku-bukuku, tidak siap kuhadapi. Prana yang kualirkan turun tak mau berhenti di titik tian ten dua jari di bawah pusarku, tapi terus menerobos turun  hingga titik sejengkal di bawah wudelku. Efeknya adalah sesuatu yang sangat duniawi, yang sangat pekat di dalam rasa walau juga sulit diungkapkan dengan kata.

Tidak dapat kuterka berapa lama aku berada dalam kondisi keberadaan antara ada dan tiada. Mungkin kekal dalam waktu. Dan ketika pikiranku telah menguasai lagi kesadaran dan fokus mataku, kutemukan diriku masih di atas motor menghadap ke posisi mobil pelayanan SIM keliling di pojok tenggara Simpanglima. Tapi mobil itu tidak ada di sana ! ! ! Ahhh . . . . apakah aku hilang dalam kosmos beberapa hari? Ini masih siang dan ramai. Masih banyak tenda di lapangan Simpang lima. Kutengok ke kanan lagi, masih juga sorak gadis-gadis SMA dengan rok pendek membuat piramid gadis dengan paha betis mulusnya. Ternyata semua itu tadi hanya terjadi dalam kejapan mata, mungkin hanya seperseratus kejapan mata. Dalam alam metafisika sekejap mata bisa berarti kekal selamanya.

Kucoba mengingat lagi peristiwa tadi, tapi tidak ada yang bisa kuingat. Peristiwa spiritual yang di luar duniawi tak bisa diingat dengan pikiran. Hanya kejadian-kejadian duniawi, baik itu di dunia manusia hewan, dunia jin setan, dunia asura maupun dunia dewa dan dunia brahma yang masih bisa untuk diingat dan diceritakan kembali. Seperti itu yang disampaikan di buku, ternyata betul. Yang bisa kuingat di titik waktu itu adalah kulit mulus elok paha gadis cheer leader SMA. Ingatan yang segar dan nyata hingga seolah terasa juga bau wanginya.

Jadi pencerahan berkat melihat kaki seorang gadis itu nyata ada. Teringat kisah Ken Arok seorang berandal kecil yang ditempa Resi Lohgawe, begitu melihat betis kaki Ken Dedes permaisuri muda Kadipaten Tumapel yang kainnya tersingkap, dia mengalami pencerahan yang mengubah dirinya dan nasibnya dan mengukir jalan sejarah kerajaan-kerajaan Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun