-foto lampung.tribunnews.com -
Jabatan sebagai seorang Presiden meningkatkan resiko keamanan diri dari ancaman pembunuhan. Oleh karena itu ada Paspampres. Beda dengan orang biasa yang tidak akan banyak yang merecoki, minta perhatian, mengganggu sampai ingin membunuhnya. Seorang Presiden bukan lagi orang biasa dan banyak pihak dengan berbagai kepentingan yang mungkin akan memperoleh keuntungan bila presiden tersebut meninggal dunia. Jokowi sebagai seorang walikota Solo benar-benar sangat biasa tidak memiliki penampilan umumnya seorang pejabat setingkat walikota seperti di daerah-daerah lain. Orang dari daerah lain sampai tokoh nasional sekelas Anis Baswedan saja tidak percaya yang dihadapinya seorang walikota saat jumpa pertama dengan Jokowi. Jokowi sebagai seorang gubernur DKI hingga sebagai seorang calon presiden juga biasa-biasa saja. Secara hukum alam, orang biasa akan menghadapi resiko hidup biasa. Orang luar biasa yang akan menghadapi resiko hidup luar biasa. Orang yang menggunakan pengawalan rombongan bodyguard bisa dipastikan di hati nuraninya merasa telah banyak melakukan kesalahan kepada orang lain baik dia telah merugikan orang lain atau bahkan telah menghilangkan nyawa orang lain sehingga dia merasa memerlukan pengawalan untuk menghindari ancaman gangguan sampai pembunuhan. Kebiasaan blusukan dan berbaur dengan orang banyak akan merepotkan Paspampres dalam bertugas mengamankannya. Metode acak yang diterapkan dalam setiap segi pengamanan untuk mencegah perencanaan pembunuhan yang biasanya dirancang dengan matang dengan mempelajari rutinitas kegiatan calon korban. Selama ini kegiatan blusukan Jokowi bersifat spontan yang termasuk dalam kategori acak. Jadi resiko tinggi keamanan dari kegiatan blusukan Jokowi lebih kepada posisinya di kerumunan massa yang belum tersaring dan terseleksi sebelumnya. Sangat dihargai perhatian semua pihak mengenai keselamatan Presiden Jokowi bila terus bergaya blusukan, baik dari pihak-pihak aparat yang bertugas mengamankan presiden maupun dari para pendukung Jokowi dikarenakan rasa kecintaannya. Juga karena rakyat Indonesia yang sudah cukup lama hidup di jaman Soeharto sangat mengenal sampai hapal betapa ketatnya pengamanan presiden Soeharto sepanjang masa kepresidenannya. Sebulan sebelum rencana kunjungan Soeharto daerah tujuan sudah dipelajari dan dipersiapkan. Seminggu sebelum acara sudah banyak tentara berkeliaran dalam radius 10 kilometer. Saat tiba harinya, seekor lalatpun bila tanpa ijin tidak akan bisa masuk melewati ring 3. Pengamanan model seperti itulah yang sewajarnya dilakukan kepada seorang presiden, terpatri dalam benak masyarakat Indonesia. Wajar seorang Soeharto yang militer mengatur pengamanan dirinya seperti itu. Bila diingat berapa banyak orang lain yang juga orang Indonesia yang telah disakitinya, dibuatnya menderita, berapa banyak nyawa yang telah melayang disebabkan oleh dirinya, wajar bila Soeharto juga mempertimbangkan akan ada banyak orang yang akan mencoba mengganggunya, menyakitinya, membunuhnya, bahkan tidak cukup hanya dengan membunuhnya. Tapi itu semua adalah menurut pemikiran para ahli keamanan dan pemerhati keamanan. Lain dengan pemikiran rakyat biasa.Tidak sedikit masyarakat Indonesia baik orang sederhana dan bodoh di desa maupun orang kota dan berpendidikan yang beranggapan bahwa seorang Presiden Republik Indonesia bukanlah orang biasa, sekedar seseorang yang menjabat presiden seperti di negara-negara lain. Seorang Presiden Indonesia adalah seorang Raja Nusantara, seorang Satrio Piningit yang terpilih naik menjadi Pemimpin Nusantara. Maka tidak akan ada orang yang membunuhnya. Bisa saja dia sakit masuk angin lalu meninggal, tapi tidak akan mati terbunuh. Soeharto saja yang kurang percaya diri sehingga membuat keamanan yang berlebihan. Padahal itu tidak perlu. Apalagi seorang Jokowi yang dicintai banyak orang kecil di seluruh pelosok Indonesia. Ketakutan para pencinta Jokowi akan resiko keselamatan Jokowi bila tetap melakukan kebiasaan blusukan terlalu berlebihan. Kemampuan Paspampres yang mengawal Presiden Jokowi dapat diandalkan. Itu baru pasukan pengamanan yang terlihat mata. Belum lagi pasukan-pasukan tidak kasat mata baik yang terkoordinir maupun yang individual tidak terkoordinir silih berganti menjaga Presiden Jokowi. Ditambah benteng aura energi doa-doa sekian banyak orang Indonesia yang mencintainya, apalagi doa orang-orang miskin yang hidupnya teraniaya selama ini, dimana doa orang teraniaya adalah doa yang paling mujarab. Juga para 'orang pintar', paranormal, master-master supranatural pendukung Jokowi tidak akan tinggal diam selalu membentengi Presiden Jokowi dengan kubah energi perlindungan dan melumpuhkan niat-niat buruk orang-orang yang berusaha mendekat untuk mencelakai Presiden Jokowi. Seorang Satrio Piningit yang telah naik memimpin Indonesia adalah seorang yang sakti walau tanpa ajian. Tidak masalah seorang Soekarno dan Soeharto memiliki hobi untuk mengkoleksi pusaka maupun hobi menguasai ajian kesaktian sekedar untuk kesenangan sebagai seorang Indonesia yang Jawa tradisional. Tapi sehubungan dengan keselamatan dirinya selaku seorang presiden semua pusaka dan ajian kesaktian itu tidak diperlukan. Jokowi tahu hal ini. Jokowi juga tahu dirinya tidak menyakiti, tidak merugikan orang-orang lain di jalan yang benar, dan tidak membunuh orang lain, maka tidak perlu ada ketakutan itu. Hukum alam, sunatullah, golden rule, berjalan baik yang diterapkan dalam ilmu fisika kimia oleh manusia untuk kemajuan kehidupan manusia, juga berjalan selalu dalam segala kehidupan termasuk dalam kehidupan sosial manusia. Dilihat dari gambar foto telapak tangan Jokowi garis hidupnya panjang, semoga masa hidupnya juga panjang untuk mengemban tugasnya memimpin memajukan Indonesia. Jangankan Jokowi, penulis pun setiap saat merasa aman dari ancaman gangguan pembunuhan, apalagi sekaliber seorang Jokowi. Masalah apakah besok masih hidup atau tidak, hanya Tuhan yang Tahu. Takut atau tidak, khawatir atau tidak, tidak ada bedanya. Jadi mending tidak usah takut dan khawatir. Nikmati saja hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H