Jadi aku tertipu. Kukira telah selesai ku berjuang, dan kini giliran engkau memperjuangkanku. Ternyata kita harus berjuang bersama-sama. Engkau adalah perlambang kami di pucuk sana. Engkau menunjukkan yang kami derita. Engkau menyuarakan yang kami inginkan. Engkau menyampaikan yang kami harapkan. Engkau adalah corong kami sebagai penyambung lidah rakyat di kursi kepemimpinan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!