Segala macam gerakan, himbauan, kampanye untuk gemar membaca, tidak akan mempan untuk masyarakat Indonesia. Sebagai contoh konkrit, harus ada Undang-Undang yang mewajibkan pemakaian helm untuk pengendara motor dengan pengawasan ketat Polantas di jalan, dan hukuman bagi pelanggarnya yang bisa membuat semua pengendara motor memakai helm. Dan terbukti sekarang memakai helm menjadi kebiasaan para pengendara motor, bahkan menjadi kebutuhan, baik untuk keselamatan maupun untuk gaya penampilan.
Maka kegiatan membaca harus dipadukan dalam kurikulum sekolah. Buku-buku dongeng, dan segala macam buku pengetahuan, untuk segala tingkatan disediakan oleh negara di setiap sekolah. Para guru mewajibkan siswa untuk membaca dan menelaah buku, entah satu atau berapa judul judul sebulan. Implementasi perpaduannya dalam proses pembelajaran, Bapak dan para cerdik pandai di Departemen Pendidikan lebih tahu dan lebih ahli.
Apa yang telah Bapak Anies lakukan di keluarga dengan menyediakan buku-buku di rumah dan membiasakan putra putri Bapak untuk membaca buku, dan yang juga dilakukan oleh orang-orang terpelajar lain, saatnya sekarang Bapak lakukan untuk anak-anak sekolah se Indonesia, karena sekarang Bapak Anies adalah bapak mereka semua.
Hasil yang diharapkan adalah akan terbentuk generasi baru yang gemar membaca, yang menjadi manusia-manusia Indonesia yang lebih berpengetahuan. Sehingga akan lebih mendukung pencapaian Indonesia yang berkembang maju dan beradab.
Bapak Anies Baswedan adalah Menteri Pendidikan saat ini, yang memiliki wewenang mengatur kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Bapak Presiden Joko Widodo juga memiliki kelonggaran anggaran hasil pengalihan subsidi minyak, sangat ringan untuk sekedar membiayai pencetakan ratusan juta buku untuk bacaan para siswa Indonesia.
Bila hal ini bisa dilaksanakan, saya yakin seperti Restorasi Meiji menjadi torehan sejarah di Jepang, maka nama Bapak akan tercatat dalam sejarah pendidikan Indonesia. Pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah fondasi yang baik untuk melaksanakan restorasi pendidikan Indonesia.
Saya tidak memiliki jalur untuk menyampaikan usulan ini secara langsung kepada Bapak, juga nampaknya kecil kemungkinan Bapak Anies atau lingkaran terdekat membaca tulisan ini. Tapi saya yakin ide usulan ini akan sampai kepada Bapak.
Akhirul kata, saya mohon maaf untuk tutur kata yang tidak pantas dan kesembronoan saya bila tidak berkenan di hati Bapak.
Saatnya Indonesia hebat bangkit !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H