Untukmu, yang aku panggil Sayang
Aku telah menjatuhkan pilihan padamu, saat tanganmu belum aku pegang
Aku putuskan berakhir padamu, saat harummu belum aku cium
Dan hingga kini, rasa itu terus mengkristal seiring berjalannya waktu, setelah ku rasakan betapa indahnya pinggangmu
Untukmu, yang aku panggil Sayang
“Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semuanya terjadi dan tertulis dalam skenario-Nya” begitu kutipan yang pernah aku baca
Begitu juga kiranya dengan kisah kita, Sayang
Perkenalan dan pertemuan pada hari yang sama, kiranya bukan sebuah kebetulan an sich
Karena kita memang tidak pernah merencanakan sebelumnya
Untukmu, yang aku panggil Sayang
Candaan yang kita bungkus dalam roman, bukanlah sebuah romantika sang picisan
Karena pertengkaran akan selalu menghadang dalam kisah kita
Pertengkaran yang akan mampu kita redakan dengan canda, cengkrama dalam roman itu
Untukmu, yang aku panggil Sayang
Mereka mungkin akan mencerca kisah kita
Kisah yang zig-zag dengan jurang-jurang yang curam
Namun, “ketika memutuskan untuk memilih, maka harus siap dengan konskwesi,”mu, adalah penyejuk bagi kita
Hanya waktu yang memang mungkin terlebih dahulu merampas kisah kita
Untukmu, yang aku panggil Sayang
Jika memutuskan memilihmu adalah suatu kesalahan
Maka, akan aku tenggelamkan diriku pada kesalahan itu
Tenggelam, hanyut bersamamu, Sayang
Untukmu, yang aku panggil Sayang
Tertatih, terpuruk dalam sunyi, mengerang dalam kerinduan
Sekiranya ini yang kau mau, Sayang
Maka ijinkan aku berharap untuk menjadikan kau sebagai tujuanku
Aku ingin pulang pada Nya, di dirimu, Sayang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H