Asyiknya Pilres 2014 itu, memang benar-benar cihuyy. Tidak hanya adu yel-yel tentang jagoannya yang sangat heboh saja, tapi juga durasinya yang cukup panjang. Pilpresnya sudah berlangsung Juli 2014, tahun lalu. Tapi aromnaya masih sangat ngahiliwir. Tapi tentunya bukan antara pendukung calon lagi, tapi antara mantan pendukung calon, karena pan sekarang mah sudah ada presiden terpilih (setelah melewati proses yang memang dibenarkan oleh aturan).
Hiliwir-hiliwir yang sekarang masih terasa itu, salah satunya di facebook. Beberapa orang mantan calon pendukung dari dua kandidat (meskipun Saya tidak tahu pasti, apakah mereka benar-benar memilih jagoannya seperti yang digemborkan dalam status-statusnya atau pada kenyataannya tidak) sampai saat ini masih terlihat getol. Yang satu ngeritisi (meskipun ada yang nganggap itu menghujat, dan lain-lain) dan yang satunya lagi, membela. Dar-der-dor antara ke-dua kubu itu, dari mulai penunjukkan menteri, sampai dengan sekarang tentang pengangkatan Calon Kapolri yang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Asyiknya lagi, dar-der-dor itu ada yang tertutup dan ada juga yang terbuka. Yang tertutup, contohnya hanya mengeluarkan pernyataan (status) saja, tanpa ngemention orang lain. Atau kalaupun ngemention, ya yang satu mazhab. Tapi ada juga yang secara terbuka, ngemention orang yang memang berbeda ‘padepokkan’. Nah, tentunya yang terbuka itu, ada keasyikan tersendiri. Jadi, ada tek-tok lah, tidak bertepuk sebelah tangan (terlepas dari cara mereka berbalas koment seperti apa).
Nah kebetulan, dari daftar temen di fb Saya, ada yang memang perangnya itu dilakukan secara terbuka. Aslina, seru (DPR mah kalah, karena sekarang, sementara mah sudah melebur). Dua orang sahabat saya itu, adalah Mas Tante Paku (https://www.facebook.com/tante.paku?fref=ts) dan Mas Doddy (https://www.facebook.com/doddy.poerbo.1?pnref=story). Kalau melihat dari pernyataan-pernyataannya, sepertinya Mas Tante Paku ini berada di kubu Presiden Jokowi (meskipun lagi-lagi, tidak tahu yang sesungguhnya). Adapun mas Doddy, mungkin mantan pemilih Prabowo.
Dari beberapa statusnya yang mampir di ‘beranda’ Saya, Mas Doddy dan Mas Tante Paku ini, tampak getol pisan untuk saling nyenggol satu sama lain, ketika memuat status (entah siapa yang memulai). Ini contohnya, betapa hangatnya cubit-cubitan mereka berdua ini.
[caption id="attachment_365647" align="alignleft" width="527" caption="sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=403936173103979&set=a.324516554379275.1073741828.100004627991066&type=1&theater"][/caption]
dan
[caption id="attachment_365648" align="alignleft" width="518" caption="sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=931747913514377&set=a.438196122869561.97237.100000375304513&type=1"]
Dan tidak tanggung-tanggung, setiap status mereka, pasti akan dikerubuti oleh para komentator, bisa nyampe di atas seratus komentar. Angka yang cukup pantastis bagi Saya. Sebab, seingat Saya, sejak bikin akun fb, paling banter yang komentar di Saya mah cuma di angka puluhan, itu juga jarang-jarang. Tapi untuk dua orang ini, uWOWWWWW…. Sempurna sudah mereka jadi facebooker, karena selain sapaannya mendapat tanggapan dari yang disenggol, apresiasi dari facebooker juga cukup tinggi…
Tapi sayangnya, karena Saya begitu awam dengan masalah politik, jadi Saya hanya bisa melihat ramainya saja, kehangatan mereka berdua saja. Adapun selebihnya, Saya tidak tahu. Ah dasar, betapa oon nya Saya… Ketika mereka sudah berbaik hati memberikan pencerahan, gratis tidak dipungut biaya, tapi tetap saja Saya nya teh tidak paham… Terlalu tinggi mungkin bahasa mereka… Ujung-ujungnya, ya…. Haha-hihi ke sana kemari…
Tapi tidak tahu kalau yang lain. Mungkin diam-diam mereka ngevote AKTUAL/INSPIRATIF/MENGHIBUR, BERMANFAAT atau (entah lah apa namanya)
Eh mas Tante Paku dan Mas Doddy, maaf ya kalau Saya ambil nama mas-mas sekalian. Saya sebelumnya pernah koment di status Mas Doddy (yang kebetulan di sana juga ada mas Tante Paku), minta ijin untuk pinjem nama. Lagian, pikir saya, karena itu di ruang fublik, maka itu bisa diambil siapa saja, berbeda kalau itu di ruang privasi, (mas-mas saling inbox an, misalnya). Tapi, kalau sekiranya tidak berkenan, Saya akan hapus Mas. Saya tidak mau berurusan dengan hukum karena memang tidak paham hukum Mas.. Sekali lagi, Saya minta maaf, Mas Doddy, Mas Tante Paku… Mangga, dilanjut Mas-mas berdua
Salam hormat Saya untuk mas ber dua..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H