Sebagai warga Indonesia, kayaknya semua orang sudah pernah menikmati makan ecel pele (Lamongan atau lainnya) dan atau nasi timbel. Ya, kalau pun survey membuktikan tidak semua orang, mungkin sebagian besarnya lah. Lebih-lebih bagi anak indekos. Setelah soto, rendang, empal gentong (dalam bentuk kemasan), di awal-awal minggu mungkin pecel lele dan nasi timbel bisa menjadi tempat favorite nongkrong. Malah kadang-kadang pesennya mah cuma tempe saja, dua potong. Sambel sama lalapnya saja dibanyakin.
Nah, omong-omong tentang dua jenis makanan itu, di tempat langganan saya ternyata ada tren baru. Umumnya mah yang namanya lalapan-ada kemangi, (bonteng) timun, engkol-yang disuguhin teh dalam keadaan segar bugar (kadang ada engkol dan bonteng yang rasanya agak manis).
Tapi sekarang-sekarang ini yang seger-seger itu mulai berkurang dan bergeser. Dulu, ke tiga jenis lalapan itu semuanya seger, tapi sekarang hanya bonteng sama kemangi saja yang masih sama. Sementara untuk engkol, tidak seger lagi.
Di Bandung, engkol yang disuguhkan buat lalap nasi timbel atau pecel lele itu kini telah berubah bentuk. Tidak terlihat lagi bentuknya yang gagah nongkrong di atas piring bersama kawan-kawannya (kemangi dan bonteng tea). Tubuhnya kini layu, bahkan agak berwarna terbakar, gosong. Entah mulai kapan tepatnya, di Bandung sekarang ngetren lalapan engkol di pecel lele atau nasi timbel tidak disuguhkan lagi dalam keadaan mentah, melainkan sudah matang (atau setengah matang), digoreng.
Ini penampakannya:
[caption id="attachment_384592" align="alignnone" width="640" caption="Dok. pribadi"][/caption]
Ternyata ada sensasi yang berbeda dengan engkol goreng ini, ada suara kriuk-kriukya pas meluncur ke mulut dan dieksekusi oleh segerombolan gigi kita itu. Hmmm… benar-benar tren yang memang oyeh (untuk saat ini). Aslinaaa.. Memang sih, si Akang pelayan tidak langsung menyuguhkan engkol goreng secara langsung. Yang utama mah tetap engkol mentah. Mereka hanya akan menyuguhkan engkol goreng ketika ada permintaan. Tapi ternyata dibanding yang minta engkol mentah, ternyata lebih banyak yang minta engkol goreng. Setidaknya dari 10 orang yang pesen makan satu kloter dengan saya, tujuh orang (termasuk saya) pesen engkol goreng.
Bicara kandungan gizi? Ah, lupakan saja dulu itu mah. Dan saya pun belum berusaha mencari tahu engkol goreng itu akan menghilangkan kandungan-kandungan apa saja pada diri lalapan berwarna putih itu. Sekarang mah, ‘rasa’ saja dulu.
Anda pernah mencoba? Kalau belum pernah, mencoba sesekali minta engkol goreng saat menyantap pecel lele (tanggal segini mah biasanya pecel tempe) langganan tidak ada salahnya.
[caption id="attachment_384593" align="alignnone" width="280" caption="https://www.facebook.com/groups/desarangkat/"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H