Tidak seperti biasanya, pagi-pagi si Kribo sudah nampak rapih dengan pakaian yan juga tidak biasa. Helmet ‘anti rokok’ jaket, sepatu yang entah pinjem dari mana, dikenakan si Kribo.
Sudah 58 menit onthel ijonya menderu-deru di halaman rumah, sebelum akhirnya melesat menyusuri jalan Rangkat. Di tengah perjalanan, sekitar 58 meter, Kribo bertemu dengan Aya yang menenteng tas ijo isi kangkung.
[caption id="attachment_210730" align="aligncenter" width="500" caption="http://kawasakininja-250r.blogspot.com/2011/10/marco-simoncelli-motogp-rider-and.html"][/caption]
“Eeleuh, eleuh... Teteh Geulis teh geuning jalan saja belanja teh,” sapa Kribo.
Entah karena cape atau memang tidak mendengar sapaan Kribo, Aya tidak menjawab. “Teh Aya,” kembali Kribo menyapa gadis yang dicintainya itu. Tapi, lagi-lagi Aya tidak menoleh
“Teh Aya, Kribo cinta Teteh,” kata Kribo kemudian kembali melesat di jalan.
Di tikungan ke dua setelah bertemu dengan Aya, Kribo berpapasan dengan Kembang. “Mbak Kembang, dari pasar?” sapa Kribo “Eh Kang Kribo. Iya Kang. Mau kemana Kang? Koq rapih banget. Kembang jadi inget sama Simoncelli,” jawab Kembang
“Eleuh-eleuh, pasti Mbak Kembang ada maunya ngrayu saya teh. Hayow ngaku,” balas Kribo.
“Eh beneran deh, beda banget loh Mas, penampilan Mas Kribo hari ini. Mau kemana siyh?,” tanya Kembang penasaran
“Saya teh kayak Simoncelli Mbak Kembang? Kalau begitu, Mbak Kembang jadi gadis payung nya ya?,” timpal Kribo dengan senyum yang sangat manis
“Mas Kribo ini becanda terus. Serius Mas.. Mas Kribo mau kemana,?” Kembang terus mendesak
“Mau main Mbak.. Mangga Mbak, Saya pamit,” jawab Kribo.
Kembang terpaku di tempatnya semula. Dia masih menyimpan tanya, perihal perubuhan Kribo. “Mau kemana Mas Kribo sebenarnya,” Kembang membathin.
Satu minggu berselang, Kribo belum terlihat di Desa. Mbak Sekar, yang biasa tereak-terak cempreng gara-gara Kribo ngutang, diam-diam memedam kerinduan. “Kembang, sudah ada kabar dari Kribo?” tanya Mbak Sekar. “Belum Mbak. Saya juga bingung. Warga Desa ngga ada yang tau ke mana Mas Kribo,” jawab Kembang. “Aya, adalah warga yang melihat Kribo sebelum dia pergi. Dan ternyata Aya pun ngga tau ke mana Mas Kribo,” lanjut Kembang.
Tiba-tiba kedua gadis itu merasakan ada yang hilang. Mereka kangen dengan iseng dan jailnya Kribo yang sering kali menjengkelkan. “Kembang, Sekar, sudah ada kabar belum?” tanya Aa Kades, yang tiba-tiba sudah ada di dekat mereka. “Belum, A,” jawab kembang dan Sekar serempak.
“Apa? Hari ini tanggal berapa Aa Kades,” suara Kembang keras mengagetkan kedua warga itu.
[caption id="attachment_210731" align="aligncenter" width="640" caption="Bukan Simoncelli"]
“Hari ini pertengahan Oktober. Tanggal 21 Oktober, Moto GP Sepang,” ucap Kembang entah pada siapa.
“Ada apa Kembang?” Mbak sekar mencoba menenangkan Kembang yang kelihatan panik.
“A, Mbak Sekar.. Kalian tau khan, tragedi Oktober 2011 lalu? Simoncelli, Moto GP, Sepang,” suara Kembang kini lirih.
“Mbak, A.. Sebelum Mas Kribo menghilang, Kembang liat dia beda. Mas Kribo rapih sekali. Saya sempat ngisengin dia, mirip Simoncelli,” suara Kembang parau.
“A, Mbak.. Apa yang terjadi dengan Mas Kribo? Mas Kribo menghilang sesaat sebelum GP sepang. Dan kita tau, warga sering sering nyebut dia Simoncelli,” lanjut Kembang.
“Tenang, Sayang.. Mas Kribo akan kembali. Mas Kribo akan baik-baik saja, Sayang,” Mbak Sekar mencoba menghibur Kembang.
“Kenapa saat itu, Saya katakan Mas Kribo mirip Simoncelli. Kenapa saya katakan itu, beberapa saat sebelum GP Sepang digelar? Kenapa? Mas Kribo...” suara parau nanar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H