Budaya instant! Demikian tudingan yang bisa diarahkan pada manusia-manusia zaman sekarang ini. Dengan alasan dikejar waktu, kita sering melakukan sesuatu yang singkat, memangkas beberapa proses. Padahal, dengan kebiasaan itu, tanpa disadari kita akan kehilangan beberapa pengalaman yang mengasyikan. Pengalaman dalam berproses.
Budaya instant itu tidak terkecuali dialami juga saat kita akan menyeruput secangkir kopi. Bukan hanya kopinya saja yang instant, yakni kopi sachet (ada yang nyebutnya kopi setan, merujuk dari ‘saschet’ tadi), cara penyajiannya pun dilakukan secara instant. Alhasil, untuk menikmati kopi, sebagian dari kita hanya butuh waktu kurang dari 10 menit. Tinggal sobek ujung kemasan, lalu tuangkan ke cangkir dan terakhir kucurkan air dari dispenser dan kopi pun bisa segera diseruput. Praktis memang dan kita pun bisa melakukan aktivitas lain.
[caption id="attachment_382814" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi pribadi"][/caption]
Tapi tunggu dulu, apa benar demikian yang diinginkan dari secangkir kopi? Menghadirkannya secara singkat dan menghilangkan proses-prosesnya? Sementara banyak orang memilih untuk minum kopi karena sensasinya. Dan sensasi itu, tidak hanya muncul ketika saat menyeruput kopi saja, melainkan sejak dalam proses pertama pun, saat menuangkan kopi ke cangkir, saat-saat air pertama membasahi kopi, di sana kita akan menemukan sensasi yang benar-bener cihuy. Dan itu sama-sekali tidak akan dirasakan oleh penyeruput kopi setan.
Untuk mendapatkan sesuatu yang sempurna, butuh kesabaran yang ulet. Demikain pepatah bijak mengatakan. Dan pribahasa itu pun berlaku dalam hal menikmati kopi. Kalau anda terbiasa dengan kopi setan, sesekali waktu, mungkin ketika waktu libur, coba Anda tunda dulu kebiasaan itu dan mulai lah dengan sedikit ribet. Dan rasakan sensasinya.
Sensasi kopi sudah mulai terasa begitu kita menyobek kemasan bungkus kopi (kopi murni, kopi hitam, bukan kopi yang sudah dioplos dengan gula atau krimier dan susu). Ada aroma yang hanya bisa dirasakan yang dihadirkan dari serbuk kopi begitu kita menuangkannya ke dalam cangkir (Saya sendiri biasa membuat air kopi dengan komposisi tiga sendok makan kopi dan gula setengah sendok makan). Setelah beberapa sendok serbuk kopi sudah kita tuangkan, jangan langkahkan kaki ke tempat dispenser.
[caption id="attachment_382812" align="aligncenter" width="300" caption="Koleksi pribadi"]
Berjalanlah ke dapur, dan nyalakan kompor yang ada di sana. Eits, jangan terburu-buru mengambil kesimpulan: ribet! Sebab, kita ingin mendapatkan sensasi kopi secara menyeluruh bukan? Sensasi yang diberikan kopi saat diseduh dengan air yang mendidih, sangat menggairahkan. Aroma segar dan semangat, akan segera kita dapatkan dari asap yang mengepul ketika kita menuangkan air mendidih dari atas kompor ke dalam cangkir kopi. Aroma yang sangat cihuyyy. Bahkan, bisa mengusik orang di sebalah kita yang masih betah memejamkan mata di balik selimut (saya terbiasa membubuhkan gula setelah kopi diseduh. Tidak bersamaan dengan kopi).
Air mendidih yang dituangkan pun, tidak sekaligus. Biarkan serbuk kopi menjadi kental, menyerupai adonan bahan kueh untuk kemudian kita aduk, perlahan. Pastikan serbuk kopi itu semuanya terjamah oleh sendok pengaduk yang kita gunakan. Setelah yakin sudah rata, tuangkan lagi air. Tapi jangan dulu sekaligus. Biarkan kopi sedikit encer untuk kemudian kita aduk lagi. Aroma yang menggugah, akan segera menyeruak begitu kita mengaduk dari mulai kopi menyeruai adonan tadi. Setelah itu barulah, air kita tuangkan menurut selera (saya belum pernah bikin kopi dengan ukuran secangkir penuh. Paling banyak, menyisakan 1/3 bagian atas cangkir).
[caption id="attachment_382815" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi pribadi"]
Apa yang kita kita lakukan dengan proses-proses tadi, akan segera kita dapatkan hasilnya. Aroma dan rasa kopi yang begitu kental dengan sensasi, akan menghadirkan rasa yang berbeda. Gelembung air menyerupai busa di lapisan atas air kopi, akan menyempurnakan sensasi dalam menyeruput kopi, yang tidak akan kita temukan dalam kopi setan dan air setruman (air dari dispenser). Untuk kopi setan, boro-boro mendapatkan sensasi indahnya menyeruput kopi, lah wong minumnya juga buru-buru (kaya minum es) lantaran dikejar waktu. Setelah selesai meracik, pastikan bungkus kopi tertutup dengan benar (saya belum pernah menaruh serbuk kopi di kaleng. Membiarkannya dalam wadah seperti saat beli).
[caption id="attachment_382816" align="aligncenter" width="300" caption="koleksi pribadi"]
Mari kita sruput dan nikmati sensasi dalam setiap inci di balik secangkir kopi .. Cihuyyyy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H