Mohon tunggu...
Inin Nastain
Inin Nastain Mohon Tunggu... lainnya -

Nikotin, Kafein, http://atsarku.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Salah"

16 Desember 2012   14:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:33 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untukmu, yang aku panggil Sayang

Aku telah menjatuhkan pilihan padamu, saat tanganmu belum aku pegang

Aku putuskan berakhir padamu, saat harummu belum aku cium

Dan hingga kini, rasa itu terus mengkristal seiring berjalannya waktu, setelah ku rasakan betapa indahnya pinggangmu

Untukmu, yang aku panggil Sayang

“Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semuanya terjadi dan tertulis dalam skenario-Nya” begitu kutipan yang pernah aku baca

Begitu juga kiranya dengan kisah kita, Sayang

Perkenalan dan pertemuan pada hari yang sama,  kiranya bukan sebuah kebetulan an sich

Karena kita memang tidak pernah merencanakan sebelumnya

Untukmu, yang aku panggil Sayang

Candaan yang kita bungkus dalam roman, bukanlah sebuah romantika sang picisan

Karena pertengkaran akan selalu menghadang dalam kisah kita

Pertengkaran yang akan mampu kita redakan dengan canda, cengkrama dalam roman itu

Untukmu, yang aku panggil Sayang

Mereka mungkin akan mencerca kisah kita

Kisah yang zig-zag dengan jurang-jurang yang curam

Namun, “ketika memutuskan untuk memilih, maka harus siap dengan konskwesi,”mu, adalah penyejuk bagi kita

Hanya waktu yang memang mungkin terlebih dahulu merampas kisah kita

Untukmu, yang aku panggil Sayang

Jika memutuskan memilihmu adalah suatu kesalahan

Maka, akan aku tenggelamkan diriku pada kesalahan itu

Tenggelam, hanyut bersamamu, Sayang

Untukmu, yang aku panggil Sayang

Tertatih, terpuruk dalam sunyi, mengerang dalam kerinduan

Sekiranya ini yang kau mau, Sayang

Maka ijinkan aku berharap untuk menjadikan kau sebagai tujuanku

Aku ingin pulang pada Nya, di dirimu, Sayang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun