Mohon tunggu...
Inin Nastain
Inin Nastain Mohon Tunggu... lainnya -

Nikotin, Kafein, http://atsarku.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cersama) Kita Bisa

16 Agustus 2012   11:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:40 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa tubuh Euis tiba-tiba berubah, tidak luwes seperti sebelumnya ketika melihat seorang ibu menggendong anak balita. Matanya pun kini tertunduk menatap lurus ke tanah yang dilewatinya. Rama, yang menangkap perubahan pada istrinya itu mencoba menenangkan. Telapak tangannya kembali memegang erat, bersatu dengan telapak tangan perempuan yang sudah dinikahinya selama 5 tahun itu.

Euis, yang sadar tangannya ada yang memegang erat, menoleh ke pemilik tangan itu, Rama suaminya. Dengan penuh cinta, Rama melemparkan senyuman pada istrinya. Mendapatkan senyuman dari laki-laki yang telah hidup bersama selama 5 tahun, tidak serta merta menghilangkan kegundahan Euis.

###

“Mas, kita sudah nikah selama 4 tahun. Tapi, kita belum punya keturunan. Padahal Mas sangat berharap untuk bisa memiliki anak dari saya,” sewaktu saat menjelang tidur, tahun lalu, Euis menyampaikan ganjalan yang ada di hatinya.

Rama tidak bisa memungkiri, bahwa keturunan dari Euis adalah salah satu tujuan dari pernikahannya. Namun, setelah berlangsung 4 tahun, harapan itu tak juga kunjung menghampiri mereka. “Sayang, Tuhan belum berkehendak.. Yakin lah, kita akan segera dianugerahi anak, Sayang.. Sayang tidur, ya.. Sudah malam,” jawab Rama sambil mencium kening Euis hangat.

Jawaban yang disampaikan Rama, tidak membuat Euis puas. Namun, karena tidak mau menambah fikiran pada Rama, Euis mencoba menahan kesedihannya seorang diri, mencoba memejamkan mata. Namun, perasaan hina yang selalu membayangi, senantiasa mengganggu fikirannya.

###

Sudah sekitar 15 Majalah menghiasai kamar tidur Euis. Ya, akhir-akhir ini Euis nampak lebih rajin koleksi majalah. Satu yang Euis cari dari kebiasaan barunya itu. Atikel tentang rahim, kehamilan, adalah tema yang paling dicari oleh Euis. Berbagai literatur tentang itu, baik secara medis, maupun alternatif bahkan mistis, memenuhi buku khusus, dari hasil klipingan majalah.

Ketika asyik membaca artikel hasil klipingan, dari luar rumah terdengar suara motor berhenti. Ya, suara motor yang sangat dikenalinya. Setelah merapihkan klipingannya, Euis bergegas menemui Rama di ruang tamu.

Setelah mencium tangan Rama, Euis bergegas ke dapur menyiapkan sekedar minuman dingin untuk suaminya. Sementara Rama, bergegas ke kamar untuk menaruh perlengkapan kerjanya.

Setelah menaruh seragamnya di gantungan baju yang telah disediakan, tanpa disengaja, matanya tertuju pada kliping yang terletak di atas kasur. Saat hendak menemui Rama di ruang tamu, Euis tidak sadar Kliping yang ditaruhnya di dalam lemari terjatuh dan saat ini berada di tangan saminya.

Mengetahui isi dari kliping, raut muka Rama nampak berubah. Namun perubahan itu tidak berlangsung lama setelah dia mampu menetralisirnya.

###

“Mas.. kalau Mas mau menikah lagi, saya ijinkan Mas. Karena Neng memang tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Mas. Tapi tolong Mas, jangan cerai Neng, tolong,” suara Euis sebelum mereka tidur, setelah Rama menemukan klipingan tadi siang

“Mas, Mas mengharapkan Neng bisa melahirkan anak-anak Mas. Tapi, sampai sekarang Neng belum juga ada tanda-tanda hamil Mas. Kalau Mas mau nikah lagi, Neng siap dipoligami. Tapi jangan cerai Neng Mas.. Neng tidak siap untuk dicibir sebagai istri yang tidak lengkap, tidak bisa memberikan anak sehingga dicerai suaminya,” tangis Euis mulai pecah di pelukan Rama.

Tanpa bisa dipungkiti, Rama merasakan kelopak matanya panas, mendengar ucapan dari Euis. Namun, sebagai pasutri, ia harus kuat menahan tangis, ketika pasangannya menangis. Dipeluknya badan Euis, kemudian dikecupnya mesra kening perempuan yang sempat menjadi inceran di kelasnya iu.

“Sayang.. Neng jangan pernah berfikir Mas akan nikah lagi. Dan jangan sekali-kali Neng menyuruh untuk itu,”setelah merasa mampu, Rama mencoba buka suara

“Euis, sayang... Tujuan Mas nikah, memang salah satunya untuk mendapatkan keturunan sebagai estafet perjuangan kita, bukan hanya perjuangan Mas. Tapi, bukan kemudian keturunan an sich. Ada tujuan yang jauh lebih mulia dari yang ingin Mas capai bersama Neng. Sabarlah Sayang dengan kondisi kita yang seperti ini.. Bukan kah Neng mengtehui bagaiman kisah Nabi Ibrahim As?” dengan penuh keyakian, Rama mencoba menenangkan Euis.

“Terima kasih, Mas.. Terima kasih.. Tuntunlah aku Mas, tuntun dalam setiap ketidak sabaranku..” dengan tersedu, sedu, Euis kembali jatuh pada pelukan Rama

#Cersama adalah kependekan dari Cerita Bersama, adalah even yang dibuat oleh kami berenam yaitu Novi Octora, Inin Nastain, Vianna Moenar, Rieya MissRochma, Elhida, dan Ajeng Leodita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun