TERSIARNYA berita tentang berdirinya Pura Agung Santi Bhuwana di Belgia, Pura Sangga Bhuana Hamburg, dan Pura Tri Hita Karana Berlin serta perkumpulan Masyarakat Bali di Jerman (atau Nyama Braya Bali NBB) akhirnya terdengar juga hingga ke organisasi Hindu International di Hawai USA. Dari berita yang mereka baca lewat internet menggugah minat mereka untuk mencari tahu lebih detail tentang Pura Hindu tersebut dan menarik minat mereka untuk bertemu langsung dengan NBB Jerman serta mewawancarai pengurus NBB Jerman.
Seperti sudah merupakan bagian dari program rutin mereka, sebelum mengunjungi perkumpulan Hindu Bali di Jerman, mereka sebelumnya sudah pernah mengunjungi kelompok Hindu di belahan dunia lainnya, seperti Hindu di India, Hindu di Afganistan, Hindu di Eropa, dan kelompok Hindu lainnya. Dan dalam kesempatannya kali ini, mereka mengunjungi kelompok Hindu di Jerman. Disamping mengunjungi kelompok Hindu etnis India di Berlin, secara bersamaan mereka juga mengunjungi Pura Tri Hita Karana Berlin. Selanjutnya sesuai janji yang sudah di sepakati diantara organisasi Hindu Internasional dengan NBB jerman, para Swami Hindu International tersebut akhirnya melaksanakan pertemuan dengan pengurus NBB Jerman di kota Köln. Seolah ingin menghormati tamu yang hadir, beberapa semeton NBB Jerman menyambut kehadiran tamu tersebut dengan mengenakan pakaian ala India Juga.
Pertemuan yang berlangsung dirumah Made Mindhoff yang sekilas memang mirip seperti artshop di Bali yang di penuhi dengan pernak pernik Bali dan Hindu, membuat suasana pertemuan dan diskusi ataupun wawancara mengalir dalam suasana kekeluargaan. Tentu ada banyak sekali pertanyaan yang dialamatkan kepada Made Mindhoff yang bernama asli Jerman Ralp Mindhoff yang memeluk hindu serta beberapa pertanyaan yang dialamatkan kepada ketua NBB Jerman Luh Gede Juli Wirahmini.
Adapun pertanyaan yang mengawali diskusi saat itu adalah: Bagaimana dan kapan perkumpulan Nyama Braya Bali (NBB) didirikan ? Bagaimana format pertemuannya diorganisir? Seberapa sering pertemuan NBB dilaksanakan? Apa jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh NBB di Jerman dan bagaimana NBB mengintegrasikan diri kedalam ? Apakah kegiatan NBB hanya untuk perkumpulan Bali internal saja, atau NBB juga melaksanakan kegiatan external? Apakah NBB juga aktif dalam kegiata sosial yang dialamatkan kepada masyarakat lainnya?
Dari percakapan tanya jawab tersebut, memang ada kegiatan yang belum dilaksanakan oleh NBB Jerman, Swami International selanjutnya berbagi informasi mengenai kegiatan kelompok Hindu ditempat lain seperti di USA dengan melaksanakan kegiatan sosial yang bermanfaat untuk masyarakat lainnya, salah satunya adalah kegiatan sosial donor darah. Dan Swami tersebut menyarankan kepada NBB Jerman untuk juga melaksanakan kegiatan sejenis di Jerman sehingga keberadaan perkumpulan NBB Jerman ini bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sosial Jerman dan yang lebih penting adalah keberadaan NBB Jerman bisa di hormati ataupun diakui oleh lingkungan sosial di Jerman.
Pertanyaan lebih lanjut dari Swami Hindu International yang dialamatkan kepada NBB Jerman adalah: menanyakan anak-anak NBB Jerman yang terlahir dari keluarga bali ataupun terlahir dari pernikahan silang apakah mereka tertarik dengan budaya Jerman dan bagaimana cara mendidik anak-anak terbut dengan dua budaya yang berbeda ( budaya Bali dan budaya Jerman). Apa festival atau upacara yang dirayakan oleh NBB di jerman. Bagaimana latar belakang Pura di Jerman dan di Belgia didirikan dan dengan maksud apa. Serta bagaimana NBB merayakan ataupun melestarikan Pura tersebut.
Salah satu penjelasan Made Mindhoff menjawab pertanyaan Swami tersebut adalah orang bali yang merantau ke Jerman ada yang karena menikah dengan orang jerman dan ada juga yang datang sebagai mahasiswa. Mereka yang menikah dengan warga asli jerman memang banyak terbantu dimudahkan dalam bersosialisasi ataupun berdiaspora dengan lingkungannya di Jerman. Hingga saat ini hampir sebagian besar orang bali yang merantau di Jerman merasakan Jerman sebagai rumah keduanya setelah Bali.
Made Mindhoff lebih lanjut menjelaskan, membandingkan dengan kelompok lainnya dari Negara lain yang merantau di Jerman dengan suaka politik karena mereka melarikan diri dari Negara mereka karena alasan perang (di timur tengah) atau karena penderitaan sosal lainnya (di afrika), yang membuat akulturisasi dan diaspora antara kelompok mereka dengan lingkungan sosial barunya tidak berjalan dengan baik. Tanpa domestic partner , keluarga mereka memang sering hidup terisolisasi dari lingkungannya di jerman. Kehidupan ekonomi (pekerjaan dan penghasilan) juga merupakan salah satu faktor yang menentukan usaha dalam melestarikan budaya masing-masing secara benar di perantauan.
Diantara kelompok perantauan di Jerman, kelompok Hindu dari India memang terlihat lebih baik dalam melestarikan kebudayaannya di rantau. Dan mereka juga berhasil menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya dimanapun mereka merantau. Hal ini mereka tunjukkan salah satunya dengan keberhasilan mereka mendirikan beberapa temple di Jerman.
Sementara komunitas lain memang ada yang karena terpaksa (atau karena keinginannya sendiri) menjalankan kehidupannya di rantau seperti hidup baru yang berbeda dari kebudayaan asli yang mereka miliki. Namun orang-orang Bali yang merantau di Jerman tetaplah ingin hidup dalam dua kebudayaan yang berbeda (budaya jerman dan budaya bali) dan tidak ingin kehilangan keduanya. Demikian penjelasan Made Mindhoff mewakili NBB jerman kepada Swami Hindu International.
Dalam diskusi interaktif tersebut Swami International itu mencatat bahwa Hindu di Bali memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Hindu aslinya di India. Fakta bahwa Bali adalah sebuah pulau kecil, ada pengaruh eksternal sedikit, sehingga Hindu Darma dipertahankan dalam bentuk aslinya. Agama Hindu yang saat ini diterapkan di Bali adalah Hindu Wisnu,  yang merupakan Hindu Krishna dalam bentuk lain dalam berkomunikasi dengan Tuhan , demikian salah satu kutipan penjelasan Swami tersebut.
Lihat Travel Story Selengkapnya