Salah satunya yaitu di dalam pribadi individu ada prasangka buruk terhadap suatu kelompok, misalnya penilaian negatif antar-individu maupun kelompok yang mana mendorong mereka berpikir yang tidak-tidak sehingga hal itu menyebabkan mereka untuk berkomentar seenaknya.
“Kalau dia memang memiliki prasangka yang tinggi terhadap kelompok atau agama tertentu, ya dia bisa melakukan hate speech,” tutur Haidar di talkshow yang berdurasi tiga puluh enam menit empat puluh detik itu.
Orang-orang yang mungkin awam dengan sosial media (khalayak pasif) mungkin tidak akan terlalu peduli dengan dampak apa yang ditimbulkan akibat ujaran jahat mereka. Begitupun anak kecil, atau orang-orang yang belum teredukasi baik dengan perasaan seseorang dan kesehatan mental karena sudah menganggap diri mereka paling benar. Mereka juga dapat dengan mudah terprovokasi dengan berita-berita hoax yang tersebar, lalu dengan santainya langsung menghakimi orang lain seolah-olah diri sendiri sudah sempurna.
Padahal sebagai manusia kita tidak sepantasnya untuk menghakimi orang-orang dengan perkataan maupun ketikan kasar yang kita lontarkan apalagi itu bisa memberi dampak buruk bagi orang lain. Sebagai Khalayak aktif dan orang-orang yang teredukasi sangat wajib bagi kita untuk menggunakan internet sebaik-baiknya. Jika saja ada rasa tidak suka dengan perilaku orang lain, ada baiknya kita memilih untuk diam atau mungkin menegur dengan bahasa yang sopan dan tutur kata yang baik. Sehingga, mencerminkan bahwasannya kita adalah seorang individu yang terpelajar dan itu berpengaruh pada personal branding (citra diri) untuk diri kita kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H