Mohon tunggu...
Anastasya AbegaelPattiata
Anastasya AbegaelPattiata Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Merupakan Mahasiswa Jurusan Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghilangkan Radikalisme

12 November 2021   06:45 Diperbarui: 12 November 2021   06:54 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada agama kita semua tentunya memiliki tingkatan keyakinan atau bisa kita sebut dengan iman yang berbeda-beda. Terkadang banyak dari kita yang menyalah artikan keimanan kita ataupun kepada agama yang masing-masing kita percayai. Kata radikalisme sering kita lihat, pada media-media yang beredar luas sehingga menimbulkan salah satu keresahan untuk sebagaian masyarakat. Hal ini menjadi salah satu pertanyaan yang menarik untuk saya yaitu "bagaimana bisa radikalisme ini dapat muncul?"

            Saya telah mencari referensi, bahwa seseorang pada umumnya dapat berubah sesuai dengan bagaimana lingkungan sekitar. Selain itu saya juga menemukan fakta menarik tentang algoritma pada penggunaan media sosial.  Lingkungan juga merupakan salah satu tempat kita untuk bersosialisasi. Sudah menjadi fakta bahwa manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu pengaruh akan lingkungan dimana kita berada menentukan bagaimana kita bersikap, bertindak, hingga berpikir.

            Radikalisme ini menjadi suatu akar yang susah untuk dihilangkan. Hal ini menurut saya sangat masuk akal. Jika kita perhatikan lebih lanjut, untuk membangun suatu lingkungan positif, sangatlah susah. Kita perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan cara mana yang paling tepat sehingga dapat mengubah sudut pandang ataupun nilai-nilai yang salah pada lingkungan tertentu.

            Lalu jika hal ini sulit apakah kita harus berdiam diri saja? tentu tidak kita dapat melakukan berbagai macam cara, untuk tidak membiarkan radikalisme menyebar lebih jauh. Hal yang sangat sering kita dengar semua bisa dilakukan dimulai dengan diri kita. Memang hal ini untuk saya pribadi terlihat seperti kata-kata yang tidak ada jaminannya.

            Namun jika kita analisa lebih lanjut, hal ini sangat benar adanya. Kembali kepada lingkungan dapat mengubah seseorang. Jika kita tidak memiliki kesadaraan sepenuhnya dengan apa yang terjadi pada sekitar kita, bagaimana kita bisa mengubah lingkungan yang salah? Sudah menjadi kewajiban untuk kita sebagai warga Indonesia untuk saling membantu memajukan negara ini. Jika kita menutup mata akan apa yang tengah terjadi di lingkungan kita, bagaimana nasib anak dan cucu kita kelak?

            Lingkungan, ataupun penggunaan media sosial, menjadi hal rentan untuk kelompok yang tidak memahami pentingnya pemikiran kritis akan semua informasi yang kita dapatkan. Pemikiran Kritis menjadi aspek penentu paling berharga pada setiap kehidupan manusia. Jika kita kaitkan pemikiran kritis ini dengan radikalisme, tentunya radikalisme tidak akan terjadi.

            Pemikiran kritis adalah suatu proses yang perlu kita asah, dari waktu ke waktu. Pemilihan dalam penggunaan media, mengecek keaslian data dari media adalah hal yang perlu kita lakukan. Terutama pada zaman kita dengan penyebaran berita yang semakin mudah untuk kita akses. Kekurangan dari informasi yang sangat mudah kita dapatkan adalah kurangnya kelengkapan informasi yang kita butuhkan. Sehingga pemutaraan kata ataupun pengiraan opini dapat kita temukan dengan mudah pada berita-berita yang beredar.

            Jika kita pikirkan kembali kelompok yang sudah terjebak dalam radikalisme, mereka memiliki tujuan untuk menyebarkan pemahaman mereka. Saya tidak menganggap cara yang mereka lakukan bodoh. Pemakaian cara untuk menarik masyarakat terjebak kepada radikalisme sangatlah cerdas. Mereka memberikan apa yang individu butuhkan, yang saya maksudkan dari ini bukan tentang material, tetapi mentalitas seseorang.

            Cara paling kuat untuk membuat individu terjebak adalah dengan mempermainkan sisi psikologisnya. Salah satu yang bisa kita lihat dengan penggunaan algoritma pada media sosial. Algoritma ini memberikan hasil pencarian yang kita senangi, sehingga kita tanpa menyadari nyaman dengan penggunaan media tertentu, karena kita melihat apa yang ingin kita lihat. Tetapi hal ini juga membuat kita berpikiran sempit, jika saya kasih perumpamaan kita dapat terjebak ke dalam kotak yang berisikan semua yang kita suka. Hal ini yang menurut saya terjadi kepada kelompok radikalisme, mereka menemukan kenyamanan dari kelompok tersebut. Ketika manusia merasa nyaman adalah tantangan terbesar kita untuk keluar pada situasi tersebut.

            Lalu bagaimana cara kita hilangkan tersebut? tentunya ini menjadi permasalahan pada tingkat makro. Kita perlu saling bekerja sama, antara pemerintah maupun masyarakat, untuk menyadari bahwa kita memiliki tantangan yang perlu kita pecahkan. Memulai dari hal kecil, seperti mengajarkan pentingnya pemikiran kritis ataupun melatih diri kita sendiri untuk berpikir kritis adalah salah satu pencegah penyebaran radikalisme. Mengembangkan generasi muda untuk berpikir kritis, diperlukan persiapan yang matang.

            Persiapan tersebut harus dimulai lebih awal, pemerintah saat ini sudah mencoba untuk mengembangkan pemikiran kritis pada mahasiswa, salah satunya melalui kurikulum baru, juga progam-program yang pemerintah sediakan. Selain itu pencegahan radikalisme ini dapat dilakukan dengan memperdalam ideology Pancasila. Pancasila adalah salah satu namun paling penting dalam menjembatani persatuan Indonesia. Sehingga pada akhirnya masyarakat yang memiliki pemahaman yang mendalam akan Pancasila ditambah dnegan pemikiran kritis tentunya dapat mengerti dan terhindar dari radikalisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun