Mohon tunggu...
Musang Sama
Musang Sama Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ketika suara kebenaran telah diamputasi lidahnya, maka dendam akan selalu menganak-pinak

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pesakitan

27 Juni 2013   12:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:21 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

MelIhat koran berserakan,
aku ingin menjelma seekor belibis yg mati karena gigitan semut merah. . .

Di dalam ruang, aku memeluk asa dg keangkuhan tiada sangka,
Air mata mengair dr mata air mata.
Hanya sekapmu masih menjadi bayangan kebodohan,
hanya aku yang mash menanti,

Langit langit kamar,
putih mengasap penuh menakutkan
Jendela terbuka
Udara masuk
bersama mentari hangat menyentuh kulit
Tanpa daya q terkapar d atas tikar. . . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun