(Tinjauan filosofis dan Momentum mengembalikan nilai persaudaraan yang sesungguhnya).
Oleh : HABIBURRAHMAN
_Sister School... begitulah program ini menjadi jargon baru di Nusa Tenggara Barat sekalipun sesungguhnya istilah ini sudah sangat lama kita dengar.
Sister School  yang semula adalah program Nasional bahkan Internasional, sekarang dialihkan kewewenangan pengelolaannya ke masing-masing daerah.Â
Sehingga program sister school menjadi program yang berada di bawah arahan Dikbud provinsi.
Program yang semula menjadi trade marknya Sekolah Bertaraf Internasional sekarang berubah menjadi standar lokal, yang dulunya punya sekolah saudara (sister school) di negara lain, sekarang menjadi sekolah saudara di tingkat lokal saja.
Lepas dari bagaimana awal mulai dikenalnya istilah Sister School ini, ada hal menarik yang mesti harus dipegang dalam prinsip menjalankan program ini yakni "Mempersaudarakan" warga sekolah dan sejatinya adalah dalam rangka membangun keakraban dan mempersaudarakan oran-orang yang ada di dalamnya. Â
Sekaligus menjembatani saling mengenal mulai dari kebiasaan, budaya dan latar belakang kehidupan sosial orang-orang yang ada di dalam lembaga atau institusi Pendidikan tersebut.
Usaha mempersaudarakan mereka, antar seluruh komponen sekolah yang ada  harus memiliki dasar "keberterimaan tanpa syarat" (unconditional acceptance).Â
Karena jika membangun hubungan keberterimaan tanpa syarat dengan sesama dan menjadi suatu keniscayaan yang manusiawi ini di abaikan, maka program ini berpotensi hanyalah dalil dalam rangka menghabiskan anggaran dan upaya menjadikan program sebagai usaha dalam bidang jasa di dunia pendidikan.Â
Hal ini telah keluar dari "RUH" pendidikan yang awalnya adalah NonProfit motif (bukan bertujuan mencari keuntungan dalam makna ekonomi/materiel).
Program Sister School ini harus konsisten dalam upaya mempersaudarakan atau setidaknya membangun persaudaraan antar sekolah.Â
Persaudaraan intinya adalah tanpa pamrih, sudah sunnatullah jika boleh meminjam istilah agama (Islam) dan inilah yang disebut dalam argumentasi awal di atas sebagai hubungan tanpa syarat.