Gelar “syahid” yang menjadi ghordul akhir para Mujahidin nampaknya tidak pantas disandangkan kepada Muchammad Sarip, pelaku bom bunuh diri di Masjid Adz-Dzikro Mapolresta Cirebon, Jumat (15/4/2011). Atas tingkah konyolnya yang dilakukan, bukan mati syahid yang ia dapat, tapi “mati sangit”.
“Sangit” dalam dialek Cerbon diistilahkan untuk menunjukkan sebuah aroma menyengat kurang sedap yang ditimbulkan dari sesuatu yang terbakar, misalnya aroma yang timbul dari masakan gosong atau barang yang telah hangus, seperti plastik, kayu, atau benda non cair lainnya. Mati sangit yang dilakoni lelaki jangkung dengan tinggi badan 181 sentimeter ini berarti mati dalam keadaan hangus terpanggang, gosong karena panas yang sangat.
Untuk menjadi seorang yang mati sangit, Si Sarip (biasa Muchammad Sarip dipanggil di lingkungannya) nampaknya sudah menyiapkan diri jauh-jauh hari. Dua pekan sebelum kejadian, dia pergi meninggalkan istrinya Sri Maliha (27) yang tinggal di Gg. 30 Bata RT 03/RW 01 Dusun Senen Desa Panjalin Kidul Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Majalengka, pamit hendak merantau mencari uang untuk biaya persalinan anak pertama mereka. Sri sendiri saat ini tengah hamil 9 bulan.
Di lokasi kejadian, sebelum shalat Jum'at di Masjid Adz-Dzikro Mapolresta Cirebon dimulai, Si Sarip yang mengenakan pakaian serba hitam-hitam, mulai dari baju, celana panjang, jaket, hingga peci serta tas pinggang, sudah terlihat gelisah. Ia nampak mondar-mandir di kamar mandi dekat tempat wudlu, seakan sedang menyiapkan sesuatu. Namun jamaah yang mayoritas adalah anggota kepolisian Polresta Cirebon tidak ada yang menaruh curiga kepadanya.
Sekitar pukul 11.55 WIB, tertib salat Jumat mulai dilakukan, selang lima menit berikutnya, Ust. Abbas mulai menyampaikan khutbah. Pada saat itu Si Sarip masih belum masuk ke dalam masjid, ia masih mondar-mandir di sekitar kamar mandi.
Pukul 12.10 WIB, ketika Khatib telah menuntaskan khutbahnya, dan jamaah bersiap untuk melakukan salat Jum'at. Si Sarip masuk ke dalam masjid dan berbaur dengan jamaah lainnya, ia menempati shaf ke-3 dari depan.
Selang beberapa detik saat Imam mulai mengangkat tangan untuk takbiratul ihram, terdengar ledakan dahsyat dari shaf ketiga. “Duarrr....!!!”, keadaan sejenak hening, kemudian setelah itu jamaah gaduh riuh sesekali terdengan teriakan histeris dan rintihan. Sejumlah orang tergeletak, terluka, Si Sarip pun terkapar sangit, dia langsung ambruk dan tewas seketika dengan kondisi perut menganga. Jamaah yang berdekatan dengannya berjatuhan dan menderita luka serius, kemudian dievakuasi oleh jamaah lainnya.
Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco yang berada di shaf terdepan juga ikut menjadi korban. Punggungnya terluka akibat terkena serpihan bom, seperti paku, baut, dan mur.
Salat Jumat di masjid tersebut akhirnya urung dilanjutkan. Puluhan korban luka, termasuk Kapolresta langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Demikian halnya korban selamat juga langsung dievakuasi dari masjid. Sementara jasad Si Sarip, ditinggalkan di dalam masjid hingga datang petugas dari tim khusus kepolisian.
Dalam peristiwa itu, sekitar 27 orang menjadi korban dari luka ringan hingga luka berat akibat ulah bejat “Si Sarip yang diduga sarap” mengakhiri perjalanan hidupnya dengan “Mati Sangit”. (ASF)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H